Cari Blog Ini

Selasa, 10 Januari 2017

KELOMPOK MODEL PENGAJARAN MEMPROSES INFORMASI THE INFORMATION PROCESSING FAMILY

KELOMPOK MODEL PENGAJARAN MEMPROSES INFORMASI
THE INFORMATION PROCESSING FAMILY


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Strategi dan Model-Model Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Dr. Muhana Gipayana, M.Pd.”

Muhammad Irfan F                 NIM.162103801658



PENDIDIKAN DASAR PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan kita mengenal tentang Model-Model Pengajaran, Model-Model tersebut terbagi menjadi empat kelompok. Kelompok tersebut adalah Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi (the information processing family), Kelompok Model Pengajaran Sosial (the social family), Kelompok Model Pengajaran Personal (the personal family), Kelompok Model Pengajaran Sistem Perilaku (the behavior systems family).
Model-model yang tercakup disini semuanya dapat diterapkan pada setiap subjek dan berguna bagi seluruh siswa, menyediakan perangkat-perangkat pembelajaran yang membantu siswa saat mereka tumbuh menjadi dewasa dan sepanjang kehidupa dewasa mereka.
Dari beberapa kelompok model pembelajaran tersebut terdapat kelompok model yang memproses informasi. Ketika para pencipta model-model ini mengamati aktivitas manusia, mereka menyaksikan bagaimana informasi diproses, keputusan dibuat, kapasitas intelektual dikembangkan, dan kreativitas diekspresikan dan ditingkatkan. Namun, para pencetus model-model ini tidak sekedar menonton, mereka juga mencari cara untuk membantu kita memproses informasi dengan lebih baik agar kita lebih muda memahami dunia, memecahkan masalah, dan mengajar siswa-siswa kita.
Mereka berupaya memformat gagasan-gagasan mereka dengan cara-cara yang berbeda. Beberapa ada yang membantu kita merancang suatu pengajaran yang didalamnya siswa dapat mengola dan membangun informasi serta menguji konsep-konsep. Beberapa yang lain memoles konsep-konsep tersebut sehingga siswa dapat mengujinya dan membangun struktur yang berorientasi pada informasi. Beberapa yang lain juga membantu kita menghafal informasi yang sudah ada, sementara yang lain membantu kita membuat gagasan-gagasan baru. Pada intinya, sasaran umum mereka adalah membantu siswa menjadi pembelajar yang lebih unggul. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang permasalahan yang berkaitan dan berhubungan dengan kelompok model-model yang memproses informasi.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa saja Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi?
2.      Bagaimana langkah-langkah Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui macam-macam Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi.






















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Model Berfikir Induktif
1.      Model Induktif
Siswa adalah konseptor yang alamiah, manusia selalu melakukan konseptualisasi setiap saat, membandingkan dan membedakan objek, kejadian, dan emosi. Untuk memanfaatkan kecenderungan alamiah ini kita harus berusaha menyusun lingkungan pembelajaran yang efektif dan memberikan tugas kepada siswa untuk meningkatkan efektivitas mereka dalam membentuk dan menggunakan konsep.
Berikut beberapa pedoman dalam membentuk lingkungan dan tugas-tugas yang memudahkan siswa dalam pembentukan konsep.
a.    Fokus, membantu siswa berkonsentrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, hal utama yang harus dilakukan adalah menyajikan seperangkat data dan meminta mereka mempelajari sifat-sifat objek atau data tersebut.
b.    Pengawasan/ kontrol konseptual, membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual.
c.    Mengkonversi (merubah) pemahaman konseptual menjadi ketrampilan.
Metode induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Digunakan secara bertahap strategi ini juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efesiendan meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu informasi.
2.      Penelitian Model Induktif
Berikut beberapa penelitian tentang model pengajaran memproses informasi:
El-Nemr (1979) melakukan studi yang fokus pada pengajaran biologi sebagai penelitian di sekolah tinggi. Dia melihat pengaruh siswa pada pengembangan ketrampilan proses informasi dan pada sikap-sikap mereka terhadap ilmu pengetahuan. Kurikulum-kurikulum biologi yang berorientasi pada eksperimentasi menghasilkan pengaruh-pengaruh positif terhadap tida hasi ini. Sedangkan analisis Bredderman (1983) lebih mencakup program ilmu pengetahuan dan kelas-kelas dasar. Dia juga melaporkan pengaruh positif berfikir induktif bagi pemerolehan informasi, kreativitas, dan proses ilmiah. Review Hillocks (1987) juga menghasilkan hasil yang sama untuk pengajaran menulis.
3.      Struktur Model Induktif
Struktur (Syntax) Pengajaran Model Induktif:
a.       Mengidentifikasi dan menghitung data yang relavan dengan topik atau masalah.
b.      Mengelompokkan objek-objek menjadi kategori-kategori yang anggotanya memiliki sifat umum.
c.       Menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori tadi sehingga data tersebut dapat dimanipulasi secara simbolis.
d.      Mengubah kategori-kategori menjadi ketrampilan atau hipotesis-hipotesis.
Tahap Pengumpulan dan Penyajian Data
Penerapan Induktif melibatkan pengumpulan dan pengolaha data secara terpisah, dan pengolahan kembali untuk mencari gagasan-gagasan. Dalam hal ini pengumpulan data muncul lebih dulu, tetapi data baru saja bisa ditambah dan dibuang saat penelitian berlangsung. Saaat mengajarkan siswa bekerja secara induktif, kita sering kali menyajikan seperangkat data yang tidak terorganisir kepada siswa.
Tahap Pengujian dan Perhitungan Data
Data perlu diuji dan ditelii apakah data tersebut berupa musik rok atau puisi, atau filsafat (misalnya), dan perlu diberi label sehingga kita dapat mengidentifikasinya saat kita memindahkan data-data tadi. Musik rok bisa saja memiliki nomor atau label nama yang berbeda, puisi memiliki nama dan bia saja nomor. Objek dalam data ini juga perlu dikaji sangat hati-hati sehingga sifatnya bisa dirasakan dan dilihat dengan lebih jelas. Tahap ini harus dilaksanakan dengan hati-hati jika tidak, penelitian akan menjadi dangkal dan tidak berbobot. Kami menemukan bahwa para guru cenderung tergesa-gesa dalam tahap ini.
Tahap Klasifikasi Pertama
Untuk menjadi benar-benar produktif, kita biasanya mengklasirikasikan data beberapa kali. Tahap pertama penting, tetapi kita memiliki kecenderungan untuk mengklasifikasi karakteristik-karakteristik kotor dan satu atau dua sifat atau membatasi diri kita pada satu cara klasifikasi, dalam hal ini kita baru mulai. Ketika mengklasifikasi puisi, kita percaya pada perbedaan-perbedaan dalam hal materi yang dibawakan, mood, dan perangkat yang digunakan. Bagaimanapun kita harus mengklasifikasikan hal yang paling inti dalam data kita.
Tahap Klasifikasi Lanjutan
Saat menggali kembali data kita, kita berarti tengah mengklasifikasi kembali, memperhalus, atau meruntuhkan kategori-kategori, dan bereksperimentasi dengan dua atau tiga skema, kategori muncul dan dibagi. Secara bertahap kita mengontrol data kita. Terkadang kita bergantian melakukan klasifikasi dan pencarian data kembali.
Tahap Membangun Hipotesis dan Meningkatkan Ketrampilan
Misalnya, ketika kita menemukan suatu kenyataan bahwa “para penulis wanita ternyata lebih sering menggunakan nalogi dibandingkan para penulis pria ketika mereka memperkenalkan karakter.”, lalu kita mungkin akan membuat hipotesis bahwa wanita akan menggunakan lebih banyak analogi dalam tulisan mereka. Kita dapat membangun penelitian baru dan menguji hipotesis tersebut. Membangun ketrampilan dan kategori-kategori menuntut kita untuk belajar tentang apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan kategori tersebut.
4.      Pemikiran-Pemikiran tentang Perancangan Lingkungan Pembelajaran
Kajian Hilda Taba yang dikutip baru-baru ini (1966-1967) sangat penting dalam penerapan model induktif dikelas kita. Taba mungkin dapat disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah strategi pengajaran dan membentuk model induktif sehingga strategi dan model tersebut bisa digunakan dengan mudah untuk merancang kurikulum dan pembelajaran.
a.      Sistem Sosial
Model induktif sebenarnya mudah disusun, Model ini bersifat kooperatif, tetapi guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan.
b.      Peran/Tugas Guru
Tugas mental utama guru dalam cara kerja strategi ini adalah memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relavan. Tugas penting bagi guru adalah merasakan kesiapan siswa untuk menjalani pengalaman-pengalaman dan aktivitas-aktivitas kognitif yang baru dengan cara mengasimilasikan dan menggunakan pengalaman-pemngalaman ini.
c.       Sistem Pendukung
Siswa memerlukan data mentah untuk diolah dan dianalisis, kemudian tugas guru adalah membantu mereka memproses data tersebut.
5.      Penerapan
Penerapan utama dari model ini adalah pengembangan kapsitas berfikir, siswa perlu dituntut untuk mencerna dan memproses berbagai informasi. Model ini dapat diterapkan dalam kurikulum bidang TK hingga sekolah tinggi. Mode pembentukan konsep dapat diterapkan pada seluruh siswa disegala umur, dari taman kanak-kanak hingga sekolah pasca.
Tip-Tip Mengajar Secara Induktif oleh Bruce Joyce
a.       Praktik, praktik dan praktik.
b.      Amati dna kaji bagaimana siswa berfikir
c.       Cobalah untuk membantu siswa belajar bagaimana cara belajar.
d.      Proses induktif membawa anak-anak untuk mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajar yang berlatih untuk menguasai bidang tersebut.
e.       Kata-kata seharusnya disajikan dalam kalimat yang menyediakan isyarat konteks/ ada makna.
f.        Gunakan model ini dalam bidang kurikulum
g.      Pastika seperangkat data memiliki ciri atau sifat.
h.      Berhati-hati saat mengerjakan kalimat lengkap dan tak lengkap.
i.        Membedakan fakta dan pendapat tidak cocok untukn eksplorasi singkat.
j.        Dalam ilmu sains cobalah fokus pada benda-benda dimana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
k.      Siswa dapat membuat kategori yang berciri ganda
l.        Dalam mengajarkan konsep seperti, adverb, adjectif, frasa, klausa, anda harus ingat bahsa disetiap konsep terdapat banyak subkategori.
m.    Berilah penekanan ulasan untuk data yang rumit.
n.      Mempelajari ciri sesuatu, seperti karakter dalam cerita dapat menjadi inisiatif masalah yang menarik
o.      Kembali pada karakteristik-karakteristik
p.      Pertimbangkanlah jika anda ingin menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal pengajaran.
6.      Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring
Model berfikir induktif dirancang untuk melatih siswa dalam membentuk konsep dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Model ini juga membentuk perhatian siswa dab fokus pada logika, bahasa, dan arti kata, dan sifat pengetahuan.








Gambar 2.1 Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring Model Berfikir Induktif

 


B.       Model Penemuan Konsep
1.      Penggolongan, Pembentukan, dan Penemuan Konsep
Pencapaian konsep merupakan “proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori” (Bruner, goodnow, dan Austin, 1967). Sementara pembentukan konsep, yang merupakan dasar dari model induktif yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya, merupakan proses yang mengharuskan siswa menentukan dasar dimana mereka akan membangun kategori, maka penemuan konsep mengharuskan mereka menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan membedakan contoh-contoh yang berisi karakteristik-karakteristik konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi karakteristik-kaakteristik ini.
Sebagai contoh, mari kita coba konsep tentang adjektif (kata sifat). Kita akan memilih beberapa kata yang merupakan kata sifat itu sendiri (contoh positif diberi label atau tanda YA) dan kata yang bukan kata sifat (contoh-contoh negatif diberi label atau tanda TIDAK). Kita menyajikan kata-kata tersebut dalam bentun berpasangan. Pikirkan empat pasang kata berikut ini:
Triumpant          triumph
Large                  chair
Broken               laugh
Panful                pain
Langkah-langkah pembelajaran:
a.       Kita mengawali proses dengan meminta siswa meneliti kalimat kemudian kita meminta mereka membandingkan dan membedakan fungsi contoh kata yang positif dan negatif.
b.      Kita meminta siswa untuk mebuat catatan dan menyajikan lebih banyak contoh.
c.       Kita meminta salah seorang siswa membagikan atau memberikan kesimpulannya dan bagaimana dia bisa mencapai gagasan tersebut.
d.      Kemudian siswa lain membertahukan gagasan mereka.
e.       Kita memberikan beberapa contoh lagi sehingga secara bertahap para siswa akhirnya kan sepakat setiap contoh yang positif ternyata menambahkan atau mengubah atri suatu kata.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan nama konsep tersebut (kata sifat) dan meminta siswa untuk menyepakati suatu definisi yang pantas untuk konsep itu sendiri. Aktivitas terakhir adalah siswa mendeskripsikan pemikiran mereka.
2.      Setrategi-Setrategi Penemuan Konsep
Kunci untuk memahami strategi-strategi yang digunakan siswa untuk mencapai konsep adalah menganalisis bagaimana mereka mendekati informasi yang tersedia dalam contoh-contoh yang disediakan. Khususnya pakah mereka fokus pada aspek-aspek informasi tertentu (strategi praktik) atau mereka menggunakan seluruh, atau hamper semua informasi itu (strategi holistik).
Ada dua cara untuk mengetahui strategi apa yang digunakan siswa untuk mencapai konsep. Pertama, setelah suatu konsep dicapai, kita dapat meminta siswa menceritakan pemikirannyaagar latihan terus berlangsung. Kedua, kita dapat meminta siswa untuk menulis hasil hipotesis mereka.
3.      Model Pengajaran
Tahap-tahap pengajaran Model Penemuan Konsep:
Tabel 2.1 Struktur Pengajaran Model Penemuan Konsep
Tahap Pertama:
Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Tahap Kedua:
Pengujian Pencapaian Konsep
Guru menyajikan contoh yang telah dilabeli.

Siswa membandingkan sifat-sifat/ciri-ciri dalam contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif.

Siswa menjelaskan sebuah definisi menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang paling esensial.
Siswa mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dengan tanda Ya dan Tidak

Guru menguji hipotesis, memahami konsep, dan menyatakan kembali definisi-definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang paling esensial

Siswa membuat contoh-contoh.
Tahap Ketiga:
Analisis Strategi-Strategi Berfikir
Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran.
Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis.
Siswa mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis.

a.      Sistem Sosial
Model ini sangat mudah disusun, guru mengawasi jalannya pembelajaran, tetapi dialog terbuka tetap ada dalam tahap-tahap berikutnya. Model ini relatif tersusun dengan baik, dimana para siswa memberikan lebih banyak inisiatif dalam proses induktif saat mereka memperoleh banyak pengalaman (model penemuan konsep yang lain lebih rendah dalam hal penataannya/strukturnya).
b.      Peran/Tugas Guru
1)      Memberikan dukungan tetapi tetap menekankan diskusi yang hipotetik.
2)      Membantu siswa menyeimbangkan hipotesis yang satu dengan hipotesis lain.
3)      Fokus pada sifat-sifat atau fitur-fitur tertentu dalam contoh-contoh yang ada.
4)      Mendampingi siswa dalam mendiskusikan dan mengevaluasi strategi berfikir mereka.
c.       Sistem Pendukung
Dukungan terdiri dari: 1) materi-materi yang telah diseleksi dan dikelola dengan cermat dan teliti; 2) data-data (unit-unit) yang berbeda untuk disajikan sebagai contoh. Saat siswa memiliki cukup pengalaman, mereka bisa diminta untuk berdiskusi dalam membuat unit-unit data, asalkan pada tahap kedua mereka sudah bisa menghasilkan contoh-contoh.
4.      Penerapan
Penerapan model penemuan konsep akan menentukan bentuk aktivitas-aktivitas pembelajaran tertentu. Contoh, jika penekanannya adalah untuk memperoleh konsep baru, guru harus menekankan melalui pertanyaan atau komentarnya tentang sifat-sifat di setiap contoh. Jika penekanannya adalah pada proses induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit tanda/isyarat dan mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif. Jika penekanannya adalah analisis berfikir, guru sebaiknya menerapkan latihan penemuan konsep dan tidak terlalu lama.
Model penemuan konsep dapat diterapkan pada atau oleh para siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan kelas. Untuk usia muda (kecil), konsep dan contoh harus relatif sederhana, dan pelajaran tentang konsep tersebut tidak terlalu lama dan benar-benar dipandu oleh guru. Namun, siswa yang masih sangat muda kurang cocok untuk masuk dalam tahap strategi (tahap tiga) analisis berfikir. Ketika diterapkan untuk anak usia dini materi untuk membuat contoh-contoh harus selalu tersedia dan perlu sedikit pengubahan untuk mempermudah mereka menggunakan contoh-contoh itu.
5.      Dampak-Dampak Instruksional Pengiring












Gambar 2.2 Dampak-Dampak Instruksional dan pengiring dari Model Penemuan Konsep
C.      Model Induktif Kata Bergambar
Dikembangkan oleh Emily Cahhound (1999) dan dirancang dari suatu penelitian tentang bagaimana siswa tidak hanya melek huruf pada huruf cetak, khususnya menulis dan membaca, tapi juga bagaimana mendengarkan dan menuliskan kosa kata yang telah dikembangkan. Mode induktif bergambar memadukan model berfikir induktif dan model penemuan konsep agar siswa dapat belajar kata-kata, kalimat-kalimat, dan paragraph-paragraf. Model ini merupakan inti penerapan kurikulum yang sangat evektif dimana siswa TK dan SD dapat belajar membaca dengan baik.
1.    Dasar Pemikiran
Landasan model ini selain berdasarkan pada penelitian dalam bidang baca tulis pada umumnya (bagaimana siswa mengembangkan kemampuan baca dan tulis), juga berdasarkan pada materi baca tulis dan semua bidang kurikulum, sebagaimana pengembangan kognitif. Berikut beberapa rancangan dari beberapa kajian tentang bagaimana siswa dapat melek huruf:
a.       Pertama, siswa belajar mendengarkan dan mengucapkan bahasa-bahasa yang diucapkan pada mereka dengan cara yang alamiah.
b.      Kedua, berfikir induktif.
c.       Ketiga, siswa mencari makna.
d.      Keempat, Interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya.
2.    Sumber-Sumber
Perkembangan Ber-bahasa Siswa
Sumber utama berasal dari perolehan bahasa siswa secara alamiah. Perolehan bahasa siswa secara alamiah merupakan salah satu induksi yang menarik dalam budaya mereka, yang mampu membawa mereka kedalam kepuasan yang luar biasa.
Dalam struktur model induktif kata bergambar, siswa yang masih muda disajikan gambar-gambar dari pemandangan-pemandangan yang relatif familiar. Mereka menghubungkan kata-kata dengan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, tindakan, dan kualitas yang mereka kenali. Kemudian, siswa menghubungkan objek-objek yang mereka identifikasi dengan kata-kata yang sudah ada dalam kosakata percakapan dan pendengaran mereka. Prinsip terpenting dari model ini adalah membangun kosakata dalam bentuk sintaksis siswa serta menfasilitasi peralihan dari tutur menjadi tulisan.
Proses Belajar Membaca dan Menulis
Untuk belajar membaca dan menulis siswa hanya perlu membangun gudang penyimpanan kosa kata yang dapat mereka kenali secara instanhanya denga mengejanya. Mereka perlu dilatih sedikitnya 400 hingga 500 kata.
Pertama siswa diminta membaca dan mengeja kata yang sudah tersebar dalam suatu gambar. Kemudian, kata tersebut dimasukkan dalam kartu kosakata yang cukup lebar yang dapat mereka lihat. Siswa menyimpan kartu kata mereka dalam bank kata yang nantinya akan mereka pergunakan saat tugas menulis dari kata tersebut.
Hubungan Membaca/Menulis
Saat siswa mengeksplorasi sebuah gambar untuk mengenal kata-kata, guru seharusnya mengeja kata-kata ini dengan tepat dan menulisnya dalam kamus bergambar. Hal ini sebenarnya akan membantu siswa masuk kedalam proses latihan menulis tulisan-tulisan formal.
3.    Struktur Pengajaran
Setiap sesi putaran model induktif kata bergambar selalu menggunakan foto yang besar sebagai stimulus umum untuk penulisan kata dan kalimat.
Gerakan-Gerakan Pemindahan dalam PWIM
Siswa mempelajari sebuah gambar dan membongkar kata-kata, siswa mengidentifikasi segala objek yang mereka lihat dalam gambar. Dan guru menggambar sebuah garis dari sebuah objek dan siswa menuliskan keterangannya (frasa/kata), kemudian mengucapkan kembali kata atau frasa dan mengejanya dengan keras. Siswa mengulangi kembali membaca dan mengeja kata tersebut.
Selanjutnya guru mempersiapkan kartu kata untuk siswa, siswa mengecek apaka langsung bisa mengenali kata-kata tersebut. Siswa membuat kalimat fakta dari kata tersebut, kata-kata baru dari kalimat bisa ditambahkan ke bank kosa kata. Setelah siswa membaca kalimat, segera mereka diminta untuk mengklasifikasikannya kedalam kelompok-kelompok dan membuat alas an atas klasifikasi yang mereka buat. Selanjutnya guru memilih salah satu kategori untuk menulis paragraf.
Rangkaian Pengajaran Model Induktif Kata-Bergambar dalam Mengawali Latihan Membaca dan Menulis.
Belajar tentang Simbol-Simbol dan Komunikasi (Hubungan antara “Sesuatu yang Nyata,”Gambar, Kata, Huruf, Kalimat, dan Paragraf)
a.    Pilihlah sebuah gambar.
b.    Mintalah siswa mengidentifikasi apa yang telah mereka lihat dalam gambar tersebut.
c.    Tandai bagian-bagian gambar yang telah diidentifikasi tadi ( guru menggambar sebuah garis yang merentang dari objek gambar ke kata, mengucapkan kata itu, dan mengejanya serta menunjuk setiap guru dengan jarinya, mengucapkan kata itu sekali lagi dan kemudian meminta siswa mengeja kata tersebut bersama-sama).
d.    Membaca/ mereview bagan kata bergambar
e.     Meminta siswa mengklasifikasi kata-kata ke dalam berbagai jenis kelompok.
f.     Membaca atau meriview bagan kata bergambar (mengucapkan, mengeja dan mengucapkan).
g.    Menambah kata-kata, jika diinginkan, pada bagan kata bergambar dan pada “bank kata”.
h.    Menyuruh siswa berfikir tentang judul untuk bagan kata bergambar itu (guru membimbing siswa untuk berfikir tentang petunjuk dan infromasi dalam bagan mereka dan tentang opini mereka terhadap informasi ini).
i.      Menyuruh siswa menyusun sebuah kalimat, kalimat-kalimat, atau suatu paragraf secara langsung yang berhubungan dengan bagan kata bergambar tadi. 
j.      Membaca atau meriview kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf.


Bunyi/Tata Bahasa/Tanda Baca/Penggunaan
a.    Siswa mendengar kata-kata yang dilafalkan dengan tepat setiap waktu, dan mereka memiliki sumber rujukan yang tepat untuk menggunakan kata-kata tersebut (bagan kata bergambar) sebagaimana mereka menambah kata-kata ini pada kosa kata mereka.
b.    Siswa mendengar dan melihat huruf-huruf yang diidentifikasi dengan tepat setiap saat, dan mereka melihat huruf-huruf tersebut telah diformat dengan benar setiap waktu.
c.    Siswa mendengar kata-kata yang dieja dengan tepat setiap saat dan berpartisipasi dalam mengeja kata-kata tersebut dengan benar.
d.    Dalam menulis kalimat, guru menggunakan pemanfaatan bahasa inggris standar (mengubah kalimat yang dibuat siswa jika perlu) dan menggunakan pembubuhan tanda baca dan beberapa seluk beluknya (huruf kapital dan sebagainya) dengan tepat.
4.    Dampak Instuksional dan Pengiring (Model Apa yang Dirancang untuk Mengajarkan Siswa Menerapkannya)
a.       Belajar yang bagaimana membangun kosa kata mereka.
b.      Belajar bagaimana meniliti struktur kata dan kalimat.
c.       Menghasilkan tulisan (judul, kalimat, dan paragraf)
d.      Menghasilkan pemahaman tentang hubungan membaca atau menulis.
e.       Mengembangkan keterampilan analisis dan struktural
f.        Mengembangkan minat dan kemampuan untuk berekspresi dengan cara menulis.
g.      Meningkatkan gairah membaca teks-teks notifikasi
h.      Mengembangkan ketrampilan bekerja sama dalam belajar bersama orang lain dalam rana membaca atau menulis.
Memelihara Keberagaman Dalam Kurikulum Inti Baca Tulis : Gender, Status Sosial-Ekonomi, Ketidakmampuan Belajar, Dan Etnisitas.
Abstraksi
Hasil dari studi ini mendukung rancangan bahwa sebuah kurikulum K-1 yang kuat dan multidimensional, yang dibangun berdasarkan model-model pengajaran terpercaya, sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan populasi yang beragam dan memperkecil keharusan untuk melakukan remidi atau pengulangan khusus.
Pendekatan-Pendekatan Untuk Menjaga Populasi Siswa Yang Beragam
Secara umum, ada tiga pendekatan untuk memenuhi kebutuhan populasi siswa yang beragam. Pada umumnya, penekanannya adalah bagaimana meningkatkan jangkauan pada subpopulasi-subpopulasiyang memiliki akses pendidikan yang memungkinkan siswa mencapai prestasi.
a.       Pendekatan pertama menekankan pada inklusi (pengikutsertaan): memastikan semua jenis siswa tidak dihalangi untuk berpartisipasi penuh dalam mainstream proses pendidikan dan juga memastikan tercapainya pemerataan/ keadilan dalam kesempatan pendidikan.
b.      Pendekatan kedua menekankan pembuatan program-program yang bervariasi untuk mendukung perkembangan siswa yang juga memiliki karakter-karakter yang beragam, seperti karakter-karakter etnik, sosial-ekonomi, atau sosial/ psikologi yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat, program besar-besaran bertajuk Tittle I and Special Education secara umum menggunakan pendekatan ini.
c.       Pendekatan ketiga, yang akan dibahas dan disajikan di sini, membangun penelitian mutakhir tentang pengajaran baca tulis dan menekankan pada pengembangan kurikulum inti yang kuat, yang menyediakan ruang bagi pengembangan bakat-bakat siswa.
     Kurikulum yang Diperkuat
Kami mengawali pembahasan ini dengan gambaran tentang perubahan-perubahan kurikulum dan alasan-alasannya, dilanjutkan pada pembekalan untuk pengembangan staf dan kajian implementasi, dan kemudian pada evaluasi pengaruh siswa, yang juga mencakup pengaruh terhadap populasi yang beragam yang dikelola oleh divisi sekolah ini. Populasi-populasi tersebut meliputi gender, perbedaan SES, siswa-siswa yang didiagnosis memiliki ketidakmampuan belajar, dan perbedaan-perbedaan etnik.
Merancang Kurikulum
Alasan
Rancangan dan impementasi program-program TK formal cukup kontroversial disebabkan adanya isu tentang apakah pengajaran formal sudah cukup layak diterapkan sebagai suatu  kelayakan jangka panjang (developmentally appropriate); maka dari itu, kami akan mengalokasikan lebih banyak kurang untuk merespons pertanyaan-pertanyaan seputar program TK tersebut. Begitu pula, metode pengajaran keterampilan membaca pada siswa kelas 1 dan 2 juga selalu diperdebatkan, seperti fonik versus bahasa pada umumnya. Salah satu alasan mengapa kami merancang ini adalah untuk “memangkas” isu-isu yang kontroversial semacam ini (lihat Joyce, 1999). Tujuan kami di sini hanyalah menyediakan pemahaman pada pembaca tentang kurikulum apa yang sesuai dan beberapa alasan yang melatarbelakanginya.
Rancangan Kurikulum
Yang penting bagi kurikulum baca tulis (literacy curriculum) kita dalah pemunculan model induktif kata bergambar (the picture-word inductive model) dari kerangka rujukan pengalaman bahasa ditambah dengan model-model pengajaran pembentukan dan penemuan konsep (the concept formation and attainment models) (Calhounk, 1999). Model induktif kata bergambar memiliki siklus pengajaran dimulai dengan penyajian foto-foto atau gambar-gambar peristiwa, objek, atau apapun yang isinya sesuai dengan kemampuan siswa saat mendeskripsikannya. Foto-foto itu dapat berupa salah satu aspek masyarakat lokal atau berupa gambar aktivitas-aktivitas siswa-siswa di seluruh dunia yang seumuran dengan mereka. Siswa-siswa juga dapat beralih untuk mengidentifikasi objek-objek dan aktivitas-aktivitas dalam gabar. Sedangkan guru mengeja dalam kata-kata dan membuat kamus bergambar.
Siswa diberikan salinan kata-kata tersebut dan mereka mengidentifikasinya dengan menggunakan kamus bergambar. Siswa diberikan salinan kata-kata tersebut dan mereka mengidentifikasinya dengan menggunakan kamus bergambar. Mereka mulai mengklasifikasi kata-kata dengan menggunakan model pembelajaran induktif yang telah teruji dengan baik, dengan mencatat atau memerhatikan kesamaan dan perbedaan. Guru memilih beberapa kategori yang telah mereka buat untuk kajian selanjutnya. Begitu pula, baik fitur-fitur fonetik maupun karakter-karakter struktural juga perlu mendapat perhatian. Guru merancang pembuatan judul dan kalimat, kemudian siswa diminta untuk membuat judul dan kalimat sendiri, dengan meniru dan belajar membaca kalimat dan judul yang telah disajikan oleh guru. Siswa secara perlahan belajar menghimpun judul dan kalimat ke dalam paragraf yang berisi tentang kejadian atau aktivitas dalam gambar. Siklus atau putaran kata bergambar ini (penelitian-penelitian pada gambar) secara umum menghabiskan waktu sekitar tiga hingga lima minggu.
Membayangkan sebuah lingkungan di mana siswa mampu berkembang dari kosa kata yang mereka peroleh dari pendengaran dan pembicaraan menuju kemampuan membaca kata-kata, kalimat, dan tulisan yang lebih panjang yang dapat mereka buat; sebuah lingkungan di mana mereka akan menguji buku-buku sederhana dalam suasana yang menyenangkan; sebuah lingkungan di mana mereka juga akan membaca secara bertahap; dan sebuah lingkungan di mana strategi-strategi pemahaman dapat dirancang untuk memudahkan mereka membaca dan mengkaji buku-buku fiksi atau nonfiksi yang menarik. Jika aktivitas anak-anak selalu berhubungan dengan bermain-permainan maka dapat dibayangkan siswa-siswa yang belajar membaca-menulis dalam susana permainan yang menyenangkan.
Menciptakan lingkungan dimana siswa akan belajar membaca dengan suka cita. Dari beberapa buku yang membahas tentang membaca, daapat mengidentifikasi beberapa dimensi dalam belajar membaca (Calhoun, 1999).
a.       Pengembangan kosa kata
b.      Belajar dari kata-kata induktif.
c.       Membaca lebih banyak teks pada level perkembangan yang lebih tinggi.
d.      Menulis secara teratur (beberapa kali dalam satu hari).
e.       Mempelajari strategi-strategi pengembangan
Implementasi Dan Pembelajaran Siswa
Tiga jenis evaluasi telah dibangun berdasarkan: implementasi kurikulum, kajian mendalam oleh guru tentang pola belajar siswa, dan kajin formal tentang pola belajar siswa melalui instrumen-instrumen formal yang diatur oleh tim penilai. Kajian implementasi dilakukan berdasar pada kombinasi antara catatan raport pribadi siswa dengan observasi yang dilakukan oleh para konsultan dan pengurus inti sekolah. Kajian-kajian mendalam tentang pola belajar siswa, dari belajar alfabet di kelas TK hingga belajar perolehan kosa kata, dilaksanakan secara regular (pada umumnya bulanan) oleh setiap guru. Tim penilai dilatih untuk mengatur Gunning Procedur (Prosedur Gunning) pada murid-murid TK dan Gray Oral reading Test (Tes Membaca Lisan) pada siswa kelas 1 hingga kelas 5.
Gray Oral Reading Test dibangun berdasarkan pembacaan siswa pada beberapa kutipan bacaan yang dievaluasi oleh tim peneliti. Kutipan-kutipan ini dapat berupa teks-teks yang menjangkau mulai dari yang mdah hingga yang rumit.
Hasil Akhir Untuk Populasi TK Tingkat Pertama
Kajian-kajian mendalam tentang pengenalan alfabet dan pemerolehan kosa kata memang cukup penting. Akan tetapi, dalam kajian disini, tujuan-tujuannya lebih pada upaya untuk menjawab dua pertanyaan penting, yakni: 1) bagaimana siswa-siswa TK memahami penerapan prosedur Gunning dan; 2) bagaimana pengaruh-pengaruhnya pada pola belajar mereka saat mereka sudah memasuki kelas 5. Tabel 7.1 menyajikan hasil-hasil kecakapan murid-murid TK pada akhir tahun.
Tingkatan                                                           Tingkat Jangkauan dalam Persentase
Gambar                                                                       
( Kosa kata sedikit, yang sangat berkaitan                                        2
dengan gambar)
Caption
(Buku-buku bergambar, dengan keterangan                                      26
di bawahnya)
Membaca Cepat Level Dasar
(Bacaan-bacaan sederhana yang maknanya                                        30
mudah ditangkap.)       
Membaca Cepat Level Tinggi
(Bacaan yang lebih panjang dalam bentuk                                         42
cerita-cerita yang rumit)
Tabel 7.1 Presentase siswa yang menjangkau tingkatan-tingkatan prosedur Gunning saat pengujian akhir tahun
Keberagaman dan Populasi Siswa TK
Adapun keberagaman dan Populasi siswa TK, antara lain:
1)      Gender
2)      SES (Status Ekonomi Sosial)
3)      Ketidakmampuan Belajar
4)      Etnisitas
D.      Penelitian Ilmiah dan Latihan Penelitian
1.      Model Pengajaran
Struktur Pengajaran
            Latihan penelitian memiliki lima tahapan-tahapan, yaitu:                                  
Tahap Satu : Menghadapkan pada masalah
Tahap dua : pengumpulan data-verifikasi
Menjelaskan prosedur-prosedur penelitian.
Menjelaskan perbedaan-perbedaan.
Memverifikasi hakikat objek dan kondisinya.
Memverifikasi peristiwadari keadaan permasalahan
Tahap tiga : pengumpulan data-eksperimentasi
Tahap empat : mengolah, memformulasi  suatu penjelasan
Memisahkan variabel yang relevan:menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal.
Memformulasikan aturan dan penjelasan
Tahap 5 : Analisis Proses Penleitian
Menganalisis Strategi penelitian dan mengembangkan yang paling efektif

2.      Sistem Sosial
Model latihan penelitian dapat dirancang dengan baik, dengan guru yang mengontrol interaksi dan meresapkan prosedur-prosedur penelitian. Meski demikian, standar penelitian adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan keseimbangan. Interaksi antar siswa seharusnya juga didorong. Lingkungan inelektual terbuka untuk semua gagasan yang relevan, guru dan siswa seharusnya berpartisipasi secara sejajar di mana gagasan-gagasan bisa saling terhubung satu sama lain.
3.      Peran/  Tugas Guru
Adapun peran/ tugas guru yang harus dilakukan, antara lain:
a.       Meyakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan diutarakan dengan baik sehingga pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan Ya atau Tidak dan substansi pertanyaan itu tidak mengharuskan guru melakukan penelitian.
b.      Meminta siswa untuk mengutarakan kembali pertanyaan yang kurang baik.
c.       Menegaskan/ menunjukkan poin-poin yang tidak disahkan, contoh: “Kami tidak menegaskan bahwa ini adalah cairan”
d.      Menggunakan bahasa proses penelitian, contoh mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai teori dan mengajak siswa melakukan pengujian (bereksperimentasi)
e.       Mencoba menyediakan lingkungan intelektual yang bebas dengan tidak menilai teori-teori siswa secara keras.
f.        Mendesak siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan teori yang lebih jelas dan menyediakan dukungan dalam menggeneralisasikan teori.
g.      Mendorong interaksi antara siswa
4.      Sistem pendukung
        Dukungan maksimal dalam model latihan ini adalah seperangkat materi-materi yang dapat mengonfrontasi persoalan, seorang guru yang dapat memahami proses-proses intelektual dan strategi-strategi penelitian, dan materi-materi sumber yang mengandung beberapa masalah tertentu yang unik.
5.      Penyesuaian Tingkat Umur
        Bagi siswa yang masih sangat muda, hal yang paling baik adalah menjaga isi kesederhanaan masalah. Boleh jadi dengan menekankan pada penemuan dari pada prinsip sebab-akibat.
6.      Penyesuaian  Lingkungan Pembelajaran
        Seperti model-model lain, khususnya model-model pengajaran memproses informasi, latihan penelitian dapat dilakukan dalam setting yang diajarkan oleh guru atau dapat dimasukkan ke dalam lingkungan yang diajarkan secara mandiri dan berpusat pada pembelajaran.
E.       Penghafalan (Memorization)
Meluruskan Fakta
Aktifitas menghafal sebenarnya selalu muncul sepanjang hidup kita. Dari saat lahir unia artefak dan kejadiaan-kejadian yang baru telah terjadi di hadapan kita. Kita bertugas untuk memisah-memisahkannya. Bahkan, banyak elemen di dunia ini yng sudah lebih dulu dinamai oleh orang yang lahir sebelum kita. Kita di tuntut untuk mengajari katakata dan menghubungkan dengan objek, kejadian, tingkah laku, dan kualitas yang dihadirkan dengan kata lain, dalam hidup ini, kita perlu dan memang di tuntut belajar bahasa yang bermakna. Saat kita mempelajari materi baru, tugas yang terpenting adalah mempelajari kata-kata dan pengertian-pengertian yang penting bahasa-bahasa, mungkin yang berkaitan dengan bidang tersebut. Saat mempelajari ilmu kimia, kita harus mempelajari nama-nama elemen dan sifat-sifat strukturnya.
Kajian tentang hafalan memiliki sejarah yang panjang. Walaupun “tujuan dari teori yang koheren, terpadu, dan memuaskan tentang memori/hafalan manusia” (Estes, 1976: 11) masih belum selesai, ada kemajuan yang dapat dirasakan dalam strategi-strategi hafal saat ini. Banyak struktrun intrasioknal di kembangkan yang tujuannya adalah untuk mengajarkan strategi-strategi menghafal dan memantu siswa belajar lebih efektif.

1.      Orientasi Model Menghafal
Tujuan dan Asumsi
Salah satu bentuk kekuatan personal yang paling efektif sebenarnya berasal dari kompetensi yang didasarkan pada pengetahuan; ini penting untuk membentuk perasaan yang semakin baik dan mengantarkan kita pada kesuksesan. Sepanjang hidup, kita harus mampu terampil “mengingat” benda-benda atau informasi yang kita dapat.
Metode Kata-Hubung (Link-Word Method)
Metode ini memiliki dua komponen dasar, dengan asumsi bahwa salah satu tujuan belajar adalah menguasai materi yang tidak diketahui. Komponen pertama menyediakan materi yang sudah dikenal dengan dihubungkan pada link yang berisi objek-objek yang tidak dikenal. Komponen kedua menyediakan asosiasi dalam membangun makna materi baru.
Sistem-sistem Bantuan Memori Lain
Banyak “sistem memori” yang terkenal telah dikembangkan, namun tidaka ada dari sistem tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pressley, Levin, dan rekannya. Saat menghafal sesuatu yang agak rumit dan panjang, kita terkadang mengingat motto pentingnya agar lebih mudah. Inilah salah satu bentuk model memori yang dapat membantu kita menghafal objek-objek.
Konsep-konsep tentang Memori
Konsep-konsep berikut pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip dan teknik untuk meningkatkan kapasitas memori kita pada materi pembelajaran.
a.       Kesadaran  (awareness)
b.      Asosiasi (Association)
c.       Sistem Link ( Link System)
d.      Asosiasi Konyol (Ridiculous Association)
e.       Sistem Kata-Ganti (Substitute-Word System)
f.        Kata Kunci (Key Word)

2.       Model Pengajaran
Tahap Pertama:
Menghadirkan Materi
Tahap Dua:
Mengembangkan Hubungan-Hubungan
Menggunakan teknik-teknik, seperti menggarisbawahi, membuat daftar, mereflesikan
Membuat materi menjadi familiar dan mengembangkan hubungan-hubungan dengan menggunakan teknik-teknik dari sistem kata kunci, kata ganti, dan kata hubung
Tahap Tiga:
Meningkatkan Gambaran Sensori
Tahap Empat:
Mengingat Kembali
Menggunakan teknik-teknik asosiasi konyol dan melebih-lebihkan. Mengubah gambar.
Mengingat kembali materi hingga tuntas dipelajari.
3.      Struktur Pengajaran
a.       Tahap pertama : Mempersiapkan materi
Menggunakan teknik-teknik yang mencakup menggaris bawahi (underlining), membuat daftar (listing), dan merefleksikan (reflecting).
b.      Tahap dua: Mengembangkan hubungan-hubungan.
Membuat materi menjadi familiar dan mengembangkan hubungan-hubungan dengan menggunakan teknik-teknik sistem kata kunci (key word), kata ganti (substitute word), dan kata hubung (link word).
c.       Tahap tiga: Memperluas gambaran-gambaran sensorik
Menggunakan teknik-teknik asosiasi konyol (ridiculous association) dan melebih-lebihkan (exaggeration). Mengubah gambar.
d.      Tahap empat: Mengingat kembali
Melakukan recalling pada materi hingga semuanya tuntas dipelajari.
Sistem Sosial
Sistem sosial bersifat kooperatif. Guru dan siswa menjadi satu tim yang sama-sama bekerja dengan materi baru. Prakarsa ini seharusnya lebih ditekankan pada siswa agar mereka dapat melakukan kontrol pada strategi dan menggunakannya untuk mnghafal gagasan, kata, dan formula-formula.


Peran/ Tugas Guru
Guru membantu siswa mengidentifikasi objek-objek kunci, pasangan, dan gambar-gambar, dengan menawarkan sugesti-sugesti tetapi tetap merujuk pada kerangka rujukan siswa. Unsure-unsur familiar utamanya harus sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
Sistem Pendukung
Semua perangkat bidang kurikulum yang tradisional dapat dibawa ke dalam permainan. Gambar-gambar, bantuan-bantuan nyata, film, dan materi-materi audiovisual lain sangat berguna, khususnya untuk meningkatkan kekayaan sensorik siswa dalam membentuk asosiasi-asosiasi.

F.       Sinektik
1.      Orientasi Model Pengajaran
Gordon menggagas sinektik berdasarkan empat gagasan yang sekaligus juga menyaingi pandangan-pandangan konvensional tentang kreativitas. Pertama, kreativitas penting dalam aktivitas sehari-hari. Kedua, proses kreatif tidak selamanya misterius. Ketiga, penemuan atau inovasi yang dianggap kreatif sama rata di semua bidang -seni, sains, teknik- dan ditandai oleh proses intelektuai yang sama. Keempat, bahwa penemuan (pola pikir kreatif) individu maupun kelompok tidak berbeda.
Wujud Kreatif dan Proses Sinektik
Beberapa proses sinektik tertentu dikembangkan dari beberapa asumsi tentang psikologi kreativitas (the psychology of creativity). Asumsi pertama, dengan membawa proses kreatif menuju kesadaran dan dengan mengembangkan bantuan-bantuan eks- plisit menuju kreativitas. Asumsi yang kedua adalah bahwa "komponen emosional lebih penting dari pada inte­lektuai, irasional lebih penting dari pada rasional" (Gordon, 1961a: 6). Asumsi ketiga adalah bahwa "unsur-unsur emosional, irasional harus dipahami dalam rangka meningkatkan kemungkinan suksesdalam situasipemecahan masalah" (Gordon, 1961a. 1).
Dengan kata lain, analisis terhadap proses irasional dan emosional tertentu dapat membantu individu dan kelompok untuk meningkatkan kreativitas mereka dengan menggunakan irasionalitas secara konstruktif. Aspek-aspek irasional dapat dipahami dan dikontrol secara sadar. Pencapaian kontrol ini, melalui penggunaan metafora Mg analogi secara seksama, merupakan objek sinektik.
Aktivitas Metaforis
Melalui aktivitas metaforis dalam model sinektik, kreativitas menjadi proses yang dapat dijalankan secara sadar. Metafora memperkenalkan jarak konseptual (conceptual distance) antara orang dengan materi objek atau subjek dan mendorong pemikiran-pemikiran orisinil. Tiga jenis analogi digunakan sebagai basis latihan sinektik: analogi personal (personal analogy), analogi langsung (direct analogy), dan konflik padat (compressed conflict).
Analogi Personal
Membuat analogi personal mengharuskan siswa untuk berempati pada gagasan^ gagasan atau subjek-subjek yang dibandingkan. Siswa harus merasa bahwa mereka menjadi bagian dari unsur fisik dari masalah tersebut. Identifikasi untuk analogi ini dapat diterapkan pada orang, tumbuhan, hewan, atau benda-benda mati. Contoh, siswa mungkin diminta, "Menjadi mesin mobil. Apa yang kalian rasakan? Deskripsikan bagaimana perasaan kalian ketika kalian dihidupkan saat pagi; ketika aki Anda sudah habis; ketika Anda melihat lampu merah."
Gordon mengidentifikasi empat tingkat keterlibatan dalam analogi personal:
a.      Deskripsi orang pertama terhadap fakta-fakta.
b.      Identifikasi orang pertama terhadap emosi
c.       Identifikasi empatik terhadap makhluk hidup
d.      Identifikasi empatik terhadap benda mati.
Analogi Langsung
Analogi langsung merupakan perbandingan dua objek atau konsep. Perbandingan tidak harus selalu identik dalam segala hal. Fungsinya cukup sederhana, yaitu untuk mentransposisikan kondisi-kondisi topik atau situasi permasalahan yang asli pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan baru tentang gagasan atau masalah.
Konflik Padat
Bentuk metafora ketiga adaJah konflik padat, yang secara umum didefinikan sebagai frasa yang terdiri dari dua kata di mana kata-kata tersebut tampak berlawarian dengan kata yang lain. Agresif yang Lesu dan Musuh yang Bersahabat adalah dua contoh.
2.       Model Pengajaran
Struktur Pengajaran
Sebenamya ada dua strategi atau model pengajaran yang didasarkan pada prose- dur-prosedur sinektik. Salah satu dari dua strategi tersebut, yakni membuat sesuatu yang baru (creating something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing, untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. Sedangkan strategi yang lain, yakni membuat yang asing menjadi familiar (making the strange familiar), dirancang untuk membuat gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi lebih bermakna. Meskipun dua strategi ini menggunakan tiga jenis analogi tadi, sasaran, struktur, dan prinsip-prinsip tanggapan keduanya berbeda. Kami menye- but membuat sesuatu menjadi baru sebagai strategi pertama dan membuat sesuatu yang asing menjadi familiar sebagai strategi kedua.
Tabel 2.2 Struktur Strategi Pertama, Membuat Sesuatu yang Baru
Tahap Pertama:
Mendeskripsikan Situasi Saat Ini
Tahap Kedua:
Analogi Langsung
Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat saat ini.
Siswa mengusulkan analogi-analogj langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi (mendeskripsikan)-nya lebih jauh.
Tahap Ketiga:
Analogi Personal
Tahap Keempat:
Konflik Padat
Siswa "menjadi" analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi
dari tahap kedua dan ketiga, mengusul
kan beberapa analogi konflik padat, dan memilih salah satunya
Tahap Kelima
Analogi Langsung
TahapEnam:
Memeriksa Kembali Tugas Awal
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan pada analogi konflik padat.
Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinetiknya.

Tabel 2.3 Struktur Strategi Kedua, Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar
Tahap Pertama:
Input Substantif
Tahap Kedua:
Analogi Langsung
Guru menyediakan informasi tentang topik baru
Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsikan- nya.
Tahap Ketiga:
Analogi Personal
Tahap Keempat:
Membandingkan Analogi-Analogi
Guru meminta siswa "menjadi" analogi langsung ­.

Siswa mengidentifikasi dan menjelas­ kan poin-poin kesamaan antara ma­ teri baru dengan analogi langsung.
Tahap Kelima:
Menjelaskan Perbedaan-Perbedaan
Tahap Keenam:
Eksplorasi
Siswa menjelaskan di mana saja analo­gi-analogi yang tidak sesuai.
Siswa mengeksplorasi kembali topik asli.

Tahap Ketujuh:
Membuat Analogi
Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.

Sistem Sosial
Model ini dapat disusun dengan mudah. Guru menerapkan dan mengatur tahap-tahap pengajaran, tetapi respons-respons siswa harus tetap dibuka. Standar-standar kreativitas dan "permainan khayalan" juga perlu dianjurkan. Reiuard bersifat internal.
Peran/Tugas Guru
a.       Mendorong keterbukaan, ketidakrasionalan, dan ekspresi yang kreatif.
b.      Memperagakan, jika perlu.
c.       Menerima seluruh respons siswa.
d.      Memilih analogi-analogi yang membantu siswa untuk memperpanjang pemikiran mereka.
Sistem Pendukung
Pada hakikatnya, siswa tetap membutuhkan fasilitas dari seorang pemimpin yang kompeten dalam merancang dan menerapkan prosedur-prosedur analisis. Ruangan belajar yangbiasa mungkin dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan seperti ini, tetapi kelas yang sering dirancang dalam bentuk kelompok-kelompok mungkin akan terlalu besar untuk aktivitas-aktivitas sinektik. Dengan demikian, kelompok-kelompok kecil perlu dibuat.
3.      Penerapan
Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreativitas individu dan kelompok. Men- diskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan antarsiswa. Prosedur-prosedur sinektik juga bisa diterapkan pada siswa dalam semua bidang kurikulum, baik sains maupun seni. Beberapa penerapan model sinektik yang dapat dilakukan akan dibahas lebih detail dalam paragraf-paragraf berikut ini:
a.       Menulis Kreatif
b.      Mengeksplorasi Masalah-Masalah Sosial
c.       Memecahkan Masalah
d.      Menciptakan Rancangan atau Produk
e.       Memperluas Perspektif Kita Tentang Suatu Konsep
4.      Dampak-Dampak Instruksional Dalam Pengiring









Gambar 2.6 Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring Model Sinektik
G.      Belajar dari Presentasi (Advance Organizer)
1.      Orientasi Model
David Ausubel adalah seorang teoretikus pendidikan yang luar biasa. Pertama, dia secara langsung membahasakan tujuan materi pembelajaran. Kedua, dia menganjurkan peningkatan metode-metode pengajaran presentasional (ceramah dan membaca).
Teorinya tentang pembelajaran berhubungan dengan tiga hal: (1) bagaimana pengetahuan (matcri kurikulum) dikelola, (2) bagaimana pikiran bekerja dalam memproses informasi baru (pembelajaran), dan (3) bagaimana guru dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan ini pada kuri- loilum dan pembelajaran ketika mereka mempresentasikan materi baru pada siswa (pengajaran/instruksional).
Tujuan-Tujuan dan Asumsi-Asumsi
Perhatian utama Ausubel adalah membantu guru mengelola dan mentransfer beragam informasi sebermanfaat dan seefisien mungkin. Dia percaya bahwa pemerolehan informasi merupakan tujuan pendidikan yang absah dan bahwa teori-teori tertentu dapat membimbing guru dalam tugas mereka untuk mentransmisi beragam informasi pada siswa-siswanya.
Pendekatan-pendekatan induktif dapat menuntun siswa menemukan atau menemukan kembali konsep-konsep, maka advance organizer menyediakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada siswa secara langsung. (Dalam istilah Indonesia, advance organizer dimaknai bermacam-macam: pengaturan awal, pembangkit motivasi dan lain-lain. Pemj)
Model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa— pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memper- jelas, dan melihara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel, 1963).
Mengolah Informasi: Struktur Disiplin atau Struktur Kognitif
Menumt Ausubel, ada keparalelan antara cara mata pelajaran diolah dan cara orang mengolah informasi dalam pikiran mereka (struktur-struktur kognitif mereka). Dia berpandangan bahwa setiap disiplin akademik memiliki struktur konsep (dan/ atau rancangan) yang dikelola secara hirarkis (Ausubel, 1963). Hal ini, pada setiap disiplin umum yang sangat beragam, mempakan konsep-konsep abstrak yang meliputi konsep-konsep yang lebih konkret pada tahap pengolahan yang lebih rendah. Gambar 2.7 mengilustrasikan struktur hirarki disiplin ekonomi, dengan konsep-konsep yang tebih abstrak di bagian atas piramida.
Gagasan Ausubel tentang mata pelajaran dan struktur kognitif memiliki implikasi- implikasi penting dan langsung bagi pengelolaan kurikulum dan prosedur-prosedur instruksional. Dia menggunakan dua prinsip yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu pertama, diferensiasi progresif ^progressive differentiation) untuk menuntun penge­lolaan materi dalam bidang-bidang mata pelajaran sehingga konsep-konsep tentang materi tersebut dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif siswa dan kedua, rekotisilinsi integratif (integrative reconciliation) untuk menggambarkan peran inte- lektual siswa.
Diferensiasi progresif berarti bahwa gagasan-gagasan yang paling umum dari suatu disiplin disajikan pertama kali, kemudian diikuti dengan perincian dan ketelitian. Rekonsiliasi integratif berarti bahwa gagasan-gagasan baru seharusnya dihubungkan secara sadar dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Implikasi-lmplikasinya pada Pengajaran
Model Advance Organizer dapat memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru. Ausubel mendeskripsikan advance organizer seb materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dal tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya) (Ausubel, 1968: 148). Organizer yang paling efektif adalah organizer-organizer yang menggunakan konsep-konsep, ketentuan-ketentuan, dan rancangan- rancangan yang sudah akrab dengan pembelajar, seperti ilustrasi-ilustrasi dan analogi- analogi yang sesuai.
Ada dua jenis advance organizer—ekspositori dan komparatif. Organizer eksposi­tori (expository organizer) menjadi konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi atau mungkin beberapa konsep yang lebih kecil. Organizer ini merepresentasikan perancah intelektual tentang bagaimana siswa akan "menggantungkan" informasi baru yang mereka temui.
Di sisi lain, organizer komparatif (comparative organizer) biasanya diterapkan pada materi yang biasa. Organizer-organizer ini dirancang untuk membedakan antara kon­sep baru dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antarkeduanya.
2.      Model Pengajaran
Struktur Pengajaran
Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah pre­sentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Tahap terakhir ini menguji hubungan materi pembelajaran dengan gagasan-gagasan yang ada untuk menghasilkan proses pembelajaran aktif.
Sistem Sosial
Dalam model ini, guru harus mempertahankan kontrol pada struktur intelektual, karena hal ini penting untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan organizer dan membantu siswa membedakan materi baru dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam tahap ketiga, bagaimanapun, situasi pembelajaran idealnya harus lebih interaktif, yakni siswa-siswa perlu dirangsang untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan. Pemerolehan materi yang berhasil akan bergantung pada keinginan pembelajar dalam mengintegrasikannya dengan pengetahuan sebelumnya melalui kemampuan-kemampuan kritisnya, presentasi guru, dan pengolahan informasi tersebut.

Peran/Tugas Guru
Tugas-tugas guru pada siswa diarahkan dengan tujuan mengklarifikasi makna I materi pembelajaran baru, membedakan makna tersebut dari dan mendamaikannya dengan pengetahuan yang ada, membuatnya relevan dengan siswa secara personal, dan membantu mereka meningkatkan pendekatan kritis pada pengetahuan. Idealnya, dengan cara seperti ini, siswa akan mengajukan sendiri pertanyaan-pertanyaan mereka dalam merespons penentuan makna yang mereka lakukan.
Materi yang disusun dengan baik merupakan syarat dukungan yang penting untuk model ini. Efektivitas advance organizer tergantung pada hubungan terpadu  dan cocok antara pelaksana konseptual dengan materi. Model ini memberikan petunjuk-petunjuk dalam membangun (atau menyusun kembali) materi-materi pengajarap.
3.      Penerapan
Fungsi-Fungsi Instruksional
Model advance organizer berguna khususnya untuk menyusun rangkaian atau arah  kurikulum dan melatih siswa secara sistematis dalam suatu gagasan kunci bidang tertentu. Langkah demi langkah, konsep-konsep dan rancangan-rancangan penting dijelaskan dan diintegrasikan, sehingga pada akhir pengajaran, pembelajar akan memperoleh perspektif tentang seluruh bidang yang dikaji. Model tersebut juga dapat dibentuk untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan pembelajaran resepsi yang efektif.







4.      Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring










Gambar 2.8 Dampak-dampak Instruksional dan pengiring dari Model Pengajaran Advance Organizer.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Kelompok model yang memproses informasi:
1.      Model Berfikir Induktif
2.      Model Penemuan Konsep
3.      Model Induktif Kata Bergambar
4.      Penelitian Ilmiah dan Latihan Penelitian
5.      Penghafalan (Memorization)
6.      Sinektik
7.      Belajar dari Presentasi (Advance Organizer)
            Metode induktif lebih menekankan pada pembentukan konsep dengan mengumpulkan dan mengola informasi. Model penemuan konsep memiliki tujuan untuk mempertajam ketrampilan-ketrampilan berfikir siswa, model penemuan konsep dapat diterapkan pada atau oleh para siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan kelas. Model induktif kata bergambar memberikan informasi melalui bentuk kotak kosakata, model ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan baca tulis siswa. Penelitian Ilmiah dan Latihan Penelitian memfokuskan pada pengajaran ketrampilan penelitian dasar. Metode Penghafalan (Memorization) mampu memperbaiki efisiensi kita dalam menghafal dan membuat proses menghafal lebih menyenangkan. Model Advance Organizer mempu meningkatkan aktivitas para siswa.
B.     Saran
            Makalah ini telah disusun berdasarkan sistematika yang ada, didalamnya terdapat penjelasan dan langkah-langkah kelompok model-model yang memproses informasi, diharapkan makalah ini dapat membantu para guru dalam mengajar. Apabila masih ada kekurangan dapat disampaikan kepada penulis, terimakasih.

Daftar Pustaka
Joyce, dkk. 2011. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Palajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar