Cari Blog Ini

Senin, 09 Januari 2017

Pendidikan Karakter

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini di dunia pendidikan lagi dikumandangkan mengenai pendidikan karakter, dan adanya slogan-slogan "Sukseskan Pendidikan Karakter". pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kita berharap dengan diadakannya pendidikan karakter, semoga manusia-manusia Indonesia menjadi manusia yang berkarakter baik, berakhlak mulia. tidak ada lagi korupsi dan tindakan-tindakan kekerasan yang melawan hukum dan norma-norma yang ada di negara kita.

1.2 Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dari pendidikan karakter ?
2.      Apa saja nilai-nilai karakter ?
3.      Bagaimana tahpan pengembangan karakter ?

1.3 Tujuan Pembahasan 
1.      Untuk menjelaskan pengertian dari pendidikan karakter.
2.      Memaparkan nilai – nilai karakter.
3.      Menjelaskan bagaimana thapan untuk mengembangkan karakter.
4.      Untuk memberi pengalaman,pengetahuan kepada mahasiswa.



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Konsep Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.” Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dn berwatak”. Menurut tadkiroatun musfiiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan ketrampilan. Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, oang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Bambang Nurokhim (2007) menegaskan membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh. Di lingkungan sekolah, guru, kepala sekolah dan tenaga pendukung kependidikan merupakan komunitas yang secara tidak langsung akan menjadi teladan bagi para siswa. Untuk itu karakter yang kuat harusnya lebih dahulu dimiliki oleh komunitas tersebut, terutama guru.
Pembelajaran sains dengan pendekatan ketrampilan proses, inquiri dan problem solving dalam beberapa hal dapat menanamkan sikap-sikap positip yang mengarah pada pembentukan karakter diri yang kuat. Pembelajaran sains yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan memberikan sumbangan berharga bagi siswa dalam mempersiapkan dirinya menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Unsur-unsur kedisiplinan, kecermatan, ketekunan, ketelitian, dan kejujuran misalnya dalam melakukan kegiatan observasi dan pengukuran secara bertahap akan membentuk karakter siswa.
Nilai-nilai yang dapat diperoleh dari hasil pembelajaran sains adalah :
1.      Obyektivitas (objectivity)
2.      Keakuratan (accuracy)
3.      Ketepatan (precision)
4.      Pencarian kebenaran (pursuit of truth)
5.      Pemecahan Masalah (problem solving)
6.      Penghargaan makna kemanusiaan (regard for human significance)
7.      Melindungi Kehdiupan manusia (protect human life: safety and risks)
8.      Kejujuran intelektual (intellectual honesty)

9.          Kejujuran akademik (academic honesty)
10.      Keteguhan hati (courage)
11.      Kerendahan hati (humility)
12.      Membuat keputusan (decision-making)
13.      Kesediaan menghargai pendapat (willingness to suspend judgment)
14.      Saintifik inquiri (scientific inquiry: being fair and just)
15.      Mempertanyakan semua hal (questioning of all things)
16.      Kebutuhan verifikasi (demand for verification)

17.   Menghormati logika (Respek respect for logic)
18.   Integritas (integrity)
19.   Rajin (diligence)
20.   Tekun (persistence)
21.   Rasa ingin tahu (curiosity)
22.   Terbuka (open-mindedness)
23.   Kritis (critical evaluation of alternatives)
24.   imagination



Penanaman nilai-nilai sains dapat dilaksanakan manakala guru dapat menyusun perencanaan pembelajaran dengan baik, yaitu dengan penetapan tujuan beranah kognitif, afektif dan psikomotor, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran  secara utuh. Ini adalah hal paling sulit dilaksanakan karena berbagai alasan seperti terbatasnya waktu, beban tanggung jawab guru yang cukup banyak (beban mengajar 24 jam pelajaran per minggu), belum ada (mantapnya) team teaching yang dapat membagi tugas sehingga secara intens dapat mengikuti perkembangan siswa, belum pahamnya guru memnyusun kegiatan belajar yang bermuatan sikap-sikap ilmiah, belum pahamnya guru tentang pengukuran hasil belajar sains yang berbentuk sikap, dan sebagainya.
Pendidikan sains memiliki peran penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Science is critical to sustaining, maintaining and improving the quality of life on earth for the future and for enhancing democratic societies and the global economy.

The goal of science education is not only to produce scientists, but also to prepare well rounded, clear thinking, scientifically literate citizens. Helping young people acquire the knowledge, skills and values they will need as productive adults in an increasingly technological society is the major purpose for science instruction.
Methods of teaching Character Education in Science:

  1. Menanamkan (Inculcate)
  2. Mengembangkan (Develop)
  3. Mengklarifikasi (Clarify )

Ketiga hal tersebut dapat terlaksana dalam pembelajaran sains melalui tiga tahapan. Pertama rancangan pembelajaran, yaitu pada bagian tujuan pembelajaran yang secara tegas harus menunjukkan jenis sikap apa yang akan dibelajarkan pada siswa, kemudian bagaimana kondisi dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan teknik (jenis) penilaian apa yang sesuai untuk mengevaluasi tujuan tersebut. Kedua, dalam pelaksanaan pembelajaran secara intensif guru mengamati perilaku (sikap) siswa selama proses belajar, dan memberikan umpan balik bagaimana seharusnya siswa bersikap dalam menghadapi masalah yang disodorkan dalam pembelajaran. Ketiga, guru melakukan penilaian terhadap sikap-sikap yang ditunjukkan siswa atau dapat juga dari penilaian siswa sendiri dan teman. Hasil penilaian ini seyogyanya didiskusikan untuk umpan balik bagi siswa.
Metode pembelajaran yang sesuai untuk pembentukan sikap dalam pembelajaran sains, selain ketrampilan proses, inquiri, dan problem solving, secara konstruktivistik juga dapat dilaksanakan melalui metode lain misal roll playing.

B. Nilai – nilai Karakter
Berikut adalah 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif menurut Lickona (2007) :
1.      Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi
2.      Definisi karakter secara komprehensif yang mencangkup pikiran, perasaan, dan prilaku.
3.      Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif
4.      Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
5.      Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6.      Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil.
7.      Usahakan mendorong motivasi diri siswa.
8.      Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral
9.      Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral
10.  Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
11.  Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidikan karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.

Nilai-nilai utama dari karakter :
1.      Nilai karakter dan hubunganya dengan Tuhan
a.       Religius : pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ajaran agama.
2.      Nilai karakter dan hubunganya dengan diri sendiri
a.       Jujur : menjadi orang yang selalu bisa dipercaya dalam perkataa, tindakan, maupun pekerjaan, untuk diri sendiri dan orang lain.
b.      Bertanggung jawab : menjalankan kewajiba sebagaimana yang harus dilakukan.
c.       Bergaya hidup sehat : melakukan kebiasaan yang baik untuk kesehatan diri
d.      Disiplin : berprilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan.
e.       Kerjakeras : bersungguh sungguh dalam mengerjakan sesuatu.
f.        Percaya diri : sikap yakin akan kemampuan yang kita punya.
g.      Berjiwa wirausaha : sikap mandiri dan pandai mengenali produk baru, cara berproduksi, memasarkan, dll.
h.      Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif : berpikir secara kenyataan untuk menghasilkan cara atau hasil yang baru.
i.        Mandiri : tidak mudah tergantung pada orang lain.
j.        Ingin tahu : bersikap ingin mengetahui lebih dalam dan luas.
k.      Cinta ilmu : bersikap peduli, setia, dan menghargai pengetahuan.
3.      Nilai karakter dan hubunganya dengan  sesama
a.       Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain : sikap mengerti dan melaksanakan apa yang harus dilaksanakan dan apa yang menjadi hak dirinya.
b.      Patuh pada aturan-aturan sosial  : menurut terhadap aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
c.       Menghargai karya dan prestasi orang lain : bisa termotivasi dengan hasil orang lain, karena sikap menghargai hasil orang lain tersebut.
d.      Santun : berbicara dan berprilaku  dengan  halus, dan baik.
e.       Demokratis : bersikap menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4.      Nilai karakter dan hubunganya dengan lingkungan
a.       Peduli sosial dan lingkungan : tindakan yang selalu berupaya untuk mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar, dan berusaha memperbaiki yang telah rusak.
5.      Nilai kebangsaan
a.       Nasionalis : berfikir dan bersikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, yang tinggi terhadap bangsa.
b.       Menghargai keberagaman : sikap memberikan hormat terhadap berbagai macam hal baik  mengenai fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama

C. Tahapan Pengembangan Karakter
Agar dapat berjalan efektif, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tiga disain, yakni :
1. Desain berbasis kelas, yang berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar.
2. Desain berbasis kultur sekolah yang berusaha membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa.
3. Desain berbasis komunitas.
Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik( insan kamil). Tumbuh dan perkembangannya karakter yang baik dan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dn melakukan segalanya dengan benar dan memilki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.
Karakter juga dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), melaksanakan , dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan terbaik belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya , jika tidak berlatih (menjadi kebiasaan ) untuk melakukan kebikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan  demikian diperlukan tiga komponen karakter  yang baik ( components of good character ) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral,  dan moral action atau  perbuatan bermoral. Hl ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligs dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan ( mengerjakan ) nilai-nilai kebajikan (moral).
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness) , pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning). Moral feeling merupakan pengatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter.
Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cint keenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral ation merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami ap yang mendorong seseorang dlm perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tig aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keninginan (will), an kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pndidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku , yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahp dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yng kuat untuk melaksanakannya, baik tehadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan , bangsa dan negara serta duknia internasional.
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut  dilandasi oleh rasa takut  untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hhl itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan kaeena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi ). Komponen ini dalam pendidikan dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan .  pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling), dan “acting the good” (moral action ). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindroktinasi oleh sesuatu paham . dengan  demikia jelas bahwa karajter dikembangkan melalui tiga langkah , yakni mengembangkan moral knowing , kemudian moral feeling , dan moral action. Dengan kata lain, makinlengkap komponen moral dimiliki mnusia , maka akan maki membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Nilai-nilai karakter itu terdiri dari nilai karakter dalam hubunganya dengan tuhan seperti religius; Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, seperti jujur, bertanggungjawab, disiplin; Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, seperti santun, demokratis; nilai karakter dalam hubunganya dengan lingkungan, seperti peduli sosian dan lingkungan; nilai kebangsaan, seperti nasionalisme.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter dalam suatu sistem adalah keterkaitan antara komponen – komponen karakter yang mengandung nilai – nilai perilaku, yang dapat dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan.








  

Daftar Pustaka
Roesminingsih MV., Lamijan hadi Susarno. 2005. Teori dan Praktek Pendidikan, Bintang Surabaya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar