Cari Blog Ini

Selasa, 10 Januari 2017

LANDASAN PENDIDIKAN

LANDASAN PENDIDIKAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
yang diampu oleh Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A



MAKALAH



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Guru profesional adalah guru yang memenuhi tuntutan sehari-hari dalam mempersiapkan pembelajaran, menilai kinerja siswa, serta  menciptakan dan mengelola kelas dengan adil.  National Council for Accreditation of Teacher Education (NCATE) mengemukakan standart  “Kerangka konseptual” mengenai filsafat pendidikan intelektual yang bermakna bahwa guru sebaiknya mengajar dengan membuat persiapan pembelajaran sehari-hari dan komitmen menjadi guru yang profesional dalam jangka panjang. 
Mendorong guru yang bekerja aktif , Interstate New Teacher Assessment and Support Consortium (INTASC) memiliki standart yang ditetapkan untuk meningkatkan persiapan dan mengembangkan mengenai profesi guru. INTASC menggambarkan mengajar merupakan proses yang dinamis dimana harapan diubah menjadi tindakan yang bermakna dengan menempatkan pengetahuan, disposisi dan kinerja menjadi satu kesatuan yang koheren. Sebagai tindakan yang efektif maka guru harus berpikir secara filosofis mengenai implikasi budaya dan etika dalam pendidikan.
Definisi berpikir secara filosofis adalah  sebagai cara yang paling umum tentang makna kehidupan dalam merefleksi benar atau salah dan baik atau buruk mengenai pendidikan.
Makalah ini membahas  tentang kerangka kerja yang konseptual, filosofis dan peta teoritis. Selain itu dapat merefleksikan ide-ide tentang pendidikan serta membangun filosofi pendidikan kepada guru.

2.      PERMASALAHAN
1.             Apa saja sub-sub filsafat pendidikan, dan bagaimana mendefinisikannya, serta mengimplementasikan di kelas ?
2.             Apa saja teori-teori filsafat pendidikan yang terkemuka?  Teori-teori tertentu yang dipengeruhi ide-ide pendidikan , pengetahuan dan nilai-nilai etika?
3.             Bagaimana filsafat dan kurikulum dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah, termasuk apa yang diajarkan, bagaimana mengajarkannya, perilaku guru dengan siswa dan satu sama lain, serta sikap tentang keanekaragaman budaya dan keasilan sosial?
4.             Bagaimana tren konteporer dalam pendidikan multikulturalisme dan teknologi pendidikan serta keseluruhan filsafat pendidikan guru?
3.      TUJUAN PEMBAHASAN
1.             Untuk mengetahui apa saja sub-sub filsafat pendidikan, dan bagaimana mendefinisikannya, serta mengimplementasikan di kelas ?
2.             Untuk mengetahui dan teori-teori filsafat pendidikan yang terkemuka?  Teori-teori tertentu yang dipengeruhi ide-ide pendidikan , pengetahuan dan nilai-nilai etika?
3.             Untuk mengetahui bagaimana filsafat dan kurikulum dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah, termasuk apa yang diajarkan, bagaimana mengajarkannya, perilaku guru dengan siswa dan satu sama lain, serta sikap tentang keanekaragaman budaya dan keasilan sosial?
4.             Untuk mengetahui bagaimana tren konteporer dalam pendidikan multikulturalisme dan teknologi pendidikan serta keseluruhan filsafat pendidikan guru?























BAB II
PEMBAHASAN

Pada buku Foundations of Education oleh Allan Ornstein C.dkk (2011) pada chapter 6 membahas tentang 5 filosofi dan 4 teori pendidikan. Perbedaan antara filsafat dan teori terhadap pendidikan yaitu. Filsafat pendidikan menyajikan pandangan yang lebih umumdan lebih luas misalnya idealisme dan realisme. Sedangkan teori  pendidikan berasal dari filsafat yang timbul praktek yang lebih spesifik pada pendidikan, sekolah, kurikulu, dan proses belajar mengajar.
Sebagai terminologi khusus , filsafat pendidikan menggunakan istilah dasar metafisika, epistemologi, aksiologi, dan logika.
SUB PEMBAGIAN FILSAFAT
REALISASI KEPADA PENDIDIKAN
Metafisika
(Realita dan Eksistensi)
Apa yang nyata dan yang tidak nyata?
Mata Pelajaran yang diajarkan disekolah mewakili bagaimana kurikulum guru dan buku penulis menggambarkan realita kepada siswa
Epistemoligi
(Pengetahuan dan Wawasan)
Apa yang mendasar pada pengetahuan?
Metode pendidikan dapat membantu proses belajar mengajar yaitu membantu guru menyajikan pembelajaran yang sistematis dan sekuensial dengan mendorong memecahkan masalah dan membangung permikiran siswa.
Aksiologi
(Apa saja nilai-nilai?)
Apa itu moral dan kebenaran? (etika)
Apa itu indah dan bagus? ( estetika )
Mengatur nilai-nilai apa saja yang boleh dilakukan dan nilai-nilai yang tidak boleh dilakukan. Etika : mengkaji nilai-nilai moral. Estetika : membahas nilai-nilai keindahan dan seni. Guru sebagai orang tua dan masyarakat pada umumnya menyampaikan nilai-nilai baik, benar dan indah. (Permodelan guru yang beretika dan berestetika)
Logika
Bagaimana kita berfikir?
(Berpikir deduktif dan induktif)
Bagaimana kita mengorganisir dan menstuktur structure courses, lessons,dan units
 Berfikir deduktif  adalah  pernyatan bergerak ke umum untuk contoh dan aplikasi tertentu. Apakah sesuatu subjek secara logis mendekte bagaimana pelajaran harus terorganisir dan disajikan kepada siswa (pendekatan deduktif)?. Berpikir induktif adalah pernyataan yang bergerak ke khusus untuk contoh dan aplikasi tertentu. Guru mengambil isyarat dari  kesiapan, dan pengalaman siswa dalam
mengorganisir instruksi (pendekatan induktif)

1.             IDEALISME
*             Para Pemikir pentingnya idealisme
Para Pemikir pentingnya idealisme antara lain :
1)             Plato (428-347 SM) Salah satu filosofi pertama yang mengajar filsafat di Yunani kuno.
2)             Banyak kemudian di abad ke-19 di Jerman Georg W. F. Hegel (1770-1831), seorang profesor universitas, memberikan perkuliahan kepada para mahasiswanya tentang filsafat sejarah yakni  terungkapnya pemikiran tentang kekuasaan Tuhan.
3)             Di Amerika Serikat, Ralph Waldo Emerson (1803-1882) dan Henry David Thoreau (1817-1862) mengembangkan versi idealisme Amerika, yang disebut transendentalisme, yang menekankan kebenaran bersifat alamiah.
4)             Friedrich Froebel mengembangkan TK nya berbasis prinsip-prinsip idealisme yang menekankan pada alam spiritual anak-anak.
Kata kunci dari pandangan idealisme adalah sebagai berikut :

Konsep Kunci
Maknanya
Metafisika

(Universal dan kebenaran kekal)
Percaya bahwa spiritual dan dunia nonmaterial akhirnya nyata. Pandangan ini juga percaya bahwa adanya kebesaran Tuhan melalui ciptaanNya . (Microcosmisme dan Macrocosmisme) Filosofi Idealisme ini terdiri dari 2 konsep yaitu Macrocosmisme dan Microcosmisme. Konsep pandangan Macrocosmisme mengacu pada pemikiran yang universal, penyebab pertama, penciptaan alam semesta dan mengenai adanya Tuhan. Sedangkan  Microcosmisme yaitu mengenai pikiran diri sendiri dan rohaniah.
Epistemologi

(Pengetahuan yang tersembunyi) Percaya bahwa Tuhan telah menciptakan akal pikiran bagi manusia yang kemudian oleh menusia digunakan untuk membuat ide-ide baru. Ketika manusia sudah mengetahui sesuatu berarti ia telah mencapai pemahaman yang sadar dari satu atau beberapa ide. Plato mengembangkan epistemologi memori, ide-ide yang bersarang kepada manusia namun terkadang tidak mereka sadari. (Hirarki pada subjek)  sebagai repositori kebenaran abadi ini, telah diselenggarakan pendidikan untuk  hirarki  kurikulum pelajaran akademik, di mana beberapa mata pelajaran lebih penting dari yang lain. Di bagian atas hirarki adalah disiplin yang paling umum,filsafat, dan teologi.
Aksiologi
(Nilai-nilai abadi) percaya bahwa kebenaran, kebaikan, keindahan yang menyeluruh, ketertiban abadi, idealisme dan norma berlaku untuk semua manusia.
Logika
(Konsisetensi Logika) guru idealis akan menggunakan
logika deduktif untuk mengatur pelajaran yang dimulai dengan prinsip-prinsip umum atau aturan danmenggunakan kasus yang spesifik atau contoh untuk menggambarkannya.

*             Dasar Pertanyaan
Jika anda bertanya sebuah idealis guru :
-                 Apa itu pengetahuan? maka mereka akan menjawab bahwa pengetahuan adalah tentang kebenaran spiritual yang menyeluruh  (Pengetahuan yang berasal dari ide-ide yang universal)
-                 Apa itu sekolah? maka mereka akan menjawab sebuah intitusi intelektual dimana guru akan mengejar pertanyaan misalnya “apakah itu kebenaran? Apa itu kecantikan?  Apa itu kehidupan yang baik?” (Socrates dan Plato). Untuk menjawab ini maka  berpikir secara mendalam perlu membaca buku dan mempelajari karya seni. “siapa yang harus sekolah?” pastilah semua manusia (Sekolah : adalah Pengejaran intelektual tentang kebenaran )
-                 Bagaimana seharunya kita mengajar? cara yang efektif adalah dengan Metode Sokrates dimana guru merangsang kesadaran siswa untuk gemar bertanya. Selain itu metode permodelan. Guru sebaiknya mempunyai pengetahuan yang luas tentang budaya dan teladan / model yang layak bagi siswa.
Idealisme juga menjafa kualitas akademik pendidikan dengan mempertahankan standart intelektual tinggi dan menolak kecenderungan penurunan. Idealisme mengharuskan guru dan mahasiswa untuk berusaha mencapai intelektual keunggulan.
*             Implementasi Guru di Kelas
-          Mengembangkan intelektual dan mengadakan pelatihan kejuruan (mengenalkan siswa mengenai seni, sastra, maupun musik)
-          Penggunaan internet / siswa dapat mengakses buku-buku lewat internet

2.             REALISME
-                 Kenyataan dunia terhadap objek
1)             Filsafat yunani kuno Aristoteles (384-322 ) seorang  mahasiswa plato yang menegaskan bahwa realitas diluar pikiran kita.
2)             Thomas Aquinas (1224-1274)  bahwa metode saintifik adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan deskripsi akurat tentang apa yang ada di dunia dan bagaimana bekerja.
Realisme menegaskan bahwa :
-          Ada dunia yang nyata, bendanya tidak dibuat oleh manusia
-          Pikiran manusia dapat mengetahui tentang dunia nyata
-          Pengetahuan merupakan panduan individu dan sosial untuk memepelajari implikasi pendidikan realisme

Konsep Kunci
Maknanya
Metafisika
Epistemologi

(Pengetahuan seperti sensasi kemudian abstrak)
Percaya bahwa materi yang independen dari dan eksternal untuk pikiran, semua benda diatur  dan dibutuhkan pada bentuk dan objek tertentu. Dengan mengidentifikasi kualitas yang diperlukan, pelajar abstrak keberatan dan mengenalinya sebagai milik kelas tertentu.
(Kurikulum Pengorganisasian Subjek) Seperti idealisme, realisme percaya bahwa pengorganisasian kurikulum,dengan menyediankan mata pelajaran terpisah merupakan cara efisien yang paling akurat, dan efisien untuk belajar tentang realitas.
Aksiologi
(Berperilaku rasional, berdasarkan pada realitas) Aristoteles berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk rasional yang berarti membuat keputusan berdasarkan pengetahuan / teori.
Logika
(Deduktif dan Induktif) Realisme menggunakan logika baik induktif maupun deduktif.

*             Dasar Pertanyaan
-                 Apa itu pengetahuan? Realisme akan menjawab bahwa pengetahuan menyangkut dunia dimana kita hidup. Ketika kita mengetahui sesuatu, pengetahuan kita selalu tentang objek. (Pengetahuan adalah objek yang penting)
-                 Pendidikan formal, realisme akan mengatakan bahwa studi tentang pengetahuan terorganisir dan pengklasifikasian disiplin subjek-materi. Sejarah, bahasa, ilmu pengetahuan, dan matemattika adalah beberapa objek yang disediakan oleh pengetahuan. Sekolah menyediakan kurikulum yang sama untuk mempersiapkan mereka membuat keputusan secara rasional (Pendidikan melalui materi pelajaran disiplin).
*             Implementasi Guru di Kelas
Pengimplementasian oleh guru mengenai filsafat ini yaitu dengan:
-                 Guru memberikan kegiatan membangun ide-ide rasional dan keterampilan dalam pengetahuan seperti membaca, menulis dan berhitung bukan kegiatan non-akademis yang akan mengganggu tujuan pembelajaran di sekolah. (Kelas merupakan tempat untuk belajar bukan untuk terapi).
-                 Guru realis harus memiliki keahlian yang sesuai misal guru sejarah harus sejarawan selain itu guru harus memiliki keahlian umum  memfasilitasi siswa untuk memahami keterkaitan keahlian khusus dengan mata pelajaran yang lain   (Guru merupakan subjek yang memiliki keahlian)
-                 Guru yang realisme menggunakan metode –metode pembelajaran misalnya metode ceramah, diskusi, demonstrasi dan percobaan (Contoh pendekatan realisme )

3.             PRAGMATISME 
-                 Para pendiri pragmatisme
ü   Charles S. Peirce (1839-1914), menekankan penggunaan metode saintifik untuk memvalidasi ide-ide secara empiris
ü   George Herbert Mead (1863-1931), menekankan bahwa anak-anak berkembang melalui pengalaman mereka mengeksplorasi lingkungan.
ü   John Dewey (1859-1952), menekankan filsafat eksperimental / melalui percobaan anak memecahkan masalah baik pribadi maupun sosial sehingga  anak akan memperoleh pengalamannya.


-                 Organisme dan lingkungan hidup
Sebagai manusia yang berinteraksi dengan lingkungan mereka, mereka memiliki pengalaman. Dari pengalaman ini, mereka membangun jaringan yang dapat digunakan untuk membangun pengalaman baru. Dewey, mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan untuk mempromosikan pengalaman untuk pertumbuhan manusia yang optimal.
-                 Metode Problem Solving
Idealisme dan Realisme menekankan disiplin subjek-materi,
Menurut Dewey Pragmatisme berpikir dan belajar sebagai pemecahan masalah. Baik masalah pribadi maupun sosial.

Konsep Kunci
Maknanya
Metafisika
Epistemologi

Tidak seperti Idealisme dan Realisme yang menegaskan landasan metafisika yang universal dan realitas yang tidak berubah. Pragmatisme menolak metafisika karena spekulasi diverifikasi secara empirik.
(Pengalaman) interaksi manusia dengan lingkungannya merupakan kunci konsep pragmatis.
(Uji Pengalaman) Dewey mengungkapkan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan membangun tentatif dan konsep yang fleksibel tentang perubahan realitas. Asumsi tentatif realitas yang selalu tunduk pada pengujian lebih lanjut dan validasi dapat menyebabkan asumsi baru. Orang yang cerdas akan menggunakan metode saintifik untuk memecahkan masalah tertentu yang kemudian mereka dapat membangun pengelamannya secara terus menerus.
(Rekonstruksi manusia dengan lingkungan) Karena kita dan lingkungan terus berubah, kurikulum berdasarkan realitas yang permanen dan kebenaran yang universal tidak dibenarkan. Sebaiknya kita dapat merevisi seperti penelitian yang kita lakukan lebih lanjut.
Aksiologi
Logika
(Relatifitas nilai) Pragmatis sangat situsional dan relatif. Semesta dan nilai-nila bersifat berubah-ubah dan relatif terhadap waktu , tempat dan keadaan. Manusia dapat menguji dan mengkontruksi dengan pengalaman.
(Pemikiran Induktif) Menggunakan metode saintifik pernyataan dan tunduk pada pengujian lebih lanjut dan revisi.

*             Dasar Pertanyaan
-                 Pengetahuan adalah tentatif Karena klaim pengetahuan tentatif dan dapat berubah, pragmatis adalah lebih peduli dengan proses membangun, menggunakan, dan pengujian ide-ide dari pada dengan transmisi materi dari kebenaran yang diduga permanen.
-                 Sebuah proses ekperimental Proses – eksperimental dengan metode pemecahan masalah yang menantang manusia saat berinteraksi dengan dunia mereka . Dewey cara efektif memecahkan masalah adalah dengan menggunakan metode saintifik.
-                 Pendekatan Interdisipliner Pragmatis mendukung pendidikan interdisipliner dari pada di departementalisasikan kurikulum. Ketika Anda menghadapi masalah, pragmatis mengatakan, Anda menemukan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikannya dari berbagai sumber, bukan dari subjek akademik tunggal.
-                 Sekolah sebagai micromosom masyarakat dan tranmisi budaya warisan Dewey melihat sekolah sebagai komunitas lokal peserta didik dan guru erat dengan masyarakat yang lebih luas.
-                 Keragaman budaya tetapi proses belajar bersama Pragmatis memberikan pengalaman yang mendorong siswa dari satu budaya memahami dan menghargai anggota budaya lainnya. Meskipun beragam budaya pragmatis ingin semua siswa belajar dengan metode saintifik guna menggunakan proses dan menyelesaikannya bersama.
*             Implementasi Guru di Kelas
-                 Subjek sebagai instrumental sementara idealisme dan relisme guru mengutamakan tanggung jawabnya kepada materi pembelajaran, pragmatisme lebih peduli dengan siswa dalam proses pemecahan masalah. Guru lebih memfasilitasi sumber daya yang berguna bagi pembelajaran mereka.
-                 Penerapan metode ilmiah Siswa menggunakan metode pemecahan masalah diharapkan mereka akan belajar untuk menerapkan proses situasi di dalam atau di luar sekolah (masyarakat)
-                 Kelas sebagai komunitas guru pragmatis mengubah ruang kelas menjadi pembelajaran kolaboratif masyarakat dengan mendorong siswa untuk berbagi minat dan masalah mereka. Menyadaribahwa setiap budaya memiliki sesuatu yang bernilai untuk berbagi dengan budaya lain.
-                 Guru sebagai pengambil resiko pragmatis akan menimbulkan pertanyaan tentang standar, terutama ketergantungan pada pengujian standar. Tes tersebut memberi beban kepada siswa dengan harapan yang ditetapkan sehingga timbul pemecahan masalah.
-                 Sebuah Pembelajaran Pragmatis Guru pragmatis memberikan pengujian dan pertanyaan berikut kepada mahasiswa 1).Menetapkan konteks masalah ; 2).Mendefinisikan kunci masalah; 3).Melakukan penelitian interdisipliner ; 4).Dugaan solusi mungkin terjadi penerimaan atau penolakan proposal; dan 5). Selesaikan masalah dengan konsesus dan tingakan.

4.             EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah aliran berfilsafat daripada filsafat sistematis (Seperti idealisme dan realisme). Mewakili perasaan putus asa dan harapan, itu panggilan untuk pemeriksaan pribadi hidup sendiri. Pendidikan eksistensialis mendorong dalam tindakan merefleksi diri pada salah satu identitas, komitmen, dan pilihan.
*             Konsep Kunci
-                 Refleksi Pribadi dan Membuat Esensi Seseorang melalui Pilihan
Jean-Paul Sarte (1905-1980) menyatakan bahwa manusia dilahirkan di dunia tidak memilih untuk ditempatkan dimana, namun manusia memiliki kekuatan pribadi dan kemauan untuk membuat pilihan serta menciptakan tujuannya sendiri.
-                 Kecemasan Eksistensial
Kita masing-masing tahu bahwa kehadiran kita di dunia adalah sementara dan bahwa takdir kita adalah kematian dan hilang. Sehingga manusia membuat pilihan tentang kebebasan atau subordinasi, cinta dan benci, damai dan perang, dan keadilan atau ketidakadilan.
-                  Memilih Penentuan Nasib Sendiri
 Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi, mencintai, dan menciptakan. Masing-masing dapat memilih untuk menjadi bebas, batin-diarahkan, orang otentik yang menyadari bahwa setiap pilihan adalah tindakan nilai pribadi.
*             Dasar Pertanyaan
-                 Membuat nilai-nilai pribadi Menolak deskripsi metafisik, eksistensialis menegaskan bahwa kita menciptakan esensi kita sendiri dengan membuat pilihan pribadi dalam hidup kita.
-                 Kesadaran kebangkitan dari kondisi manusia Eksistensi pengetahun tentang kondisi manusia dan pilihan pribadi kita sangat penting.  Yang memungkinkan kita sadar akan pilihan memberikan pengaruh dalam hidup.
-                 Kesempatan yang sama untuk semua kita semua harus memiliki kesempatan untuk sekolah dan mengajukan pertanyaan , menyarankan jawaban dan terlibat dalam dialog.
-                 Pertanyaan dan dialog guru mendorong siswa untuk berfilsafat, bertanya, dan berpartisi dalam dialog tentang tentang makna harapan, ketakutan dan keinginan mereka.
-                 Ekspresi diri yang dibutuhkan Mereka harus bebas untuk bereksperimen dengan media artistikdan untuk mendramatisasikan emosi , perasaan dan wawasan mereka.

*             Implementasi Guru di Kelas
-                 Guru mendorong kesadaran Guru berusaha merangsang kesadaran yang intens pada setiap siswa.
-                 Standar eksternal mengurangi pendidikan Eksistensi menentang adanya standar untuk mengukur keberhasilan akademis, sebagai halangan untuk pribadi pada pilihan dan kebebasan.

5.             POSTMODERNISME
-                 Hubungan dengan kontruktivisme
Friedrich Nietzsche (1844-1900) dan Martin Heidegger (1899-1976) menolak klaim metafisika tentang kebenaran universal. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka menggantikan mitos usang dan kepercayaan spiritual dengan pengetahuan yang lebih baru (pengetahuan / wawasan yang lebih luas). Heidegger lebih menegaskan bahwa manusia membangun kebenaran subjektif mereka sendiri tentang realitas dan inuisi dan tindakan merekfleksi karena mereka berhubungan dengan fenomena. Postmodernisme memiliki implikasi untuk konstruktivisme, psikologi dan metode pendidikan. Postmodernis dan kontruktivis setuju bahwa kita melakukan dan membangun keyakinan tentang pengetahuan dari pengalaman untuk berinteraksi dengan lingkungan hidup.
*             Konsep Kunci
-                 Derrida and Foucault
Idealis pramodern dan realis mengklaim bahwa ada yang universal dan kebenaran tidak berubah. Namun, serangan besar Foucault adalah pada para ahli modern, terutama para ilmuwan - ilmuwan sosial, dan pendidik yang mengklaim bahwa mereka berimbang, objektif, dan berisi.
-                 Dekontruksi
Postmoderen mengklaim bahwa pengetahuan sebagai konstruksi manusia dinyatakan oleh bahasa. Derrida mengembangkan dekonstruksi sebagai metode untuk melacak asal-usul dan makna teks atau canon ( canon adalah sebuah karya, biasanya buku, berharga sebagai memiliki pengetahuan otoritatif dalam suatu budaya tertentu.)  Tujuan  dekonstruksi adalah untuk menunjukkan bahwa teks-teks, bukan merefleksi kebenaran metafisik atau pengetahuan obyektif, yang dikonstruksi sejarah dan budaya biasanya yang melibatkan hubungan kekuasaan politik.
-                 Mendekontruksi teks
Dalam mendekontruksi teks, postmodernisme meminta 1. Apa manusia, peristiwa, dan situasi pada waktu tertentu lebih menonjol ke canon? Siapa yang memberikan canon status istimewa dalam budaya atau masyarakat, dan yang memberi manfaat sebagai otoritas? (3) Apakah canon mengecualikan individu dan kelompok? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan mereka yang memegang kekuatan sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan yang sebenarnya dalam budaya tertentu dan masyarakat.

*             Dasar Pertanyaan
Seperti eksistensialis, guru postmodernis bekerja untuk meningkatkan kesadaran siswa mereka. Sementara eksistensialis fokus pada kesadaran tentang pilihan pribadi, postmodernis fokus pada kesadaran tentang kesenjangan sosial dengan mendekonstruksi asumsi tradisional tentang pengetahuan, pendidikan, sekolah, dan instruksi.
-                 Sekolah memproduksi status QUO
Postmodernis melihat sekolah umum Amerika sebagai battlegrounds, yaitu sebagai situs yang diperebutkan. Dalam perjuangan untuk dominasi sosial, politik, dan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa pejabat resmi kurikulum penuh alasan-alasan, dibangun oleh kelompok melegitimasi status sosial ekonomi istimewa mereka sendiri dan mendominasi, atau sosial kontrol lainnya. Mereka membantah pejabat seperti resmi kebijakan pendidikanmengklaim bahwa sekolah umum
1)             Secara adil dan merata mendidik semua anak ;
2)             Memfasilitasi mobilitas sosial dan ekonomi ke atas; dan
3)             Yang diperlukan untuk kelanjutan dari masyarakat demokratis
-                 Perjuangan lebih untuk kurikulum
Jika kita berpikir tentang sekolah sebagai arena diperebutkan, kita dapat melihat bagaimana postmodernis mendekonstruksi kurikulum. Kurikulum yang beragam budaya akan mencapai semua anak, terutama mereja yang terpinggirkan di sekoalah konteporer.

*             Implementasi Guru di Kelas
-                 Mengajar sebagai perwakilan
Untuk memberdayakan siswa, postmodernis berpendapat bahwa guru harus terlebih dahulu memberdayakan sendiri sebagai pendidik profesional. Mereka perlu mendekonstruksi pernyataan resmi tentang tujuan sekolah, kurikulum, dan organisasi, serta guru
Peran dan misi. pemberdayaan nyata berarti bahwa sebagai guru melanjutkan dari preservice
praktek, mereka bertanggung jawab untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk
mendorong siswa untuk menentukan kehidupan mereka sendiri.
-                 Filosodi berbasis situs
Postmodernis mendesak guru untuk membuat situs berbasis filsafat pendidikan. Guru, siswa dan anggota masyarakat harus memulai melakukan pemeriksaan lokal berbasis web isu kontrol tombol dengan memeriksa pertanyaan seperti (1) siapa yang benar-benar mengontrol sekolah mereka, menetapkan kurikulum, dan menetapkan standar akademik; (2) apa yang memotivasi mereka yang mengontrol sekolah; dan (3) apa alasan kebenaran  kurikulum yang ada? Ini jenis analisis kritis yang memberdayakan masyarakat dan mengubah masyarakat dengan menantang ekonomi khusus dan kepentingan politik dan hak-hak istimewa.
-              Postmoderenisme mendekontruksi standar
Pendidik Postmodernis akan mendekonstruksi alasan-alasan untuk standar, meminta kritis pertanyaan tentang menggunakan tes standar untuk mengukur prestasi siswa, seperti dalam No Child Left Behind Act. Untuk menemukan hubungan kekuasaan yang sesungguhnya, mereka akan bertanya siapa mengamanatkan pengujian, mengembangkan tes, menafsirkan hasil tes, dan menentukan bagaimana skor tes akan digunakan.

















BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
a.              Idealisme, Percaya bahwa spiritual dan dunia nonmaterial akhirnya nyata, Filosofi Idealisme ini terdiri dari 2 konsep yaitu Macrocosmisme dan Microcosmisme. Konsep pandangan Macrocosmisme mengacu pada pemikiran yang universal, penyebab pertama, penciptaan alam semesta dan mengenai adanya Tuhan. Sedangkan  Microcosmisme yaitu mengenai pikiran diri sendiri dan rohaniah.
b.              Realisme dalah filsafat pendidikan yang bersumber dari realita / kenyataan.  Aristoteles berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk rasional yang berarti membuat keputusan berdasarkan pengetahuan / teori.
c.              Pragmativisme tidak seperti Idealisme dan Realisme yang menegaskan landasan metafisika yang universal dan realitas yang tidak berubah. Pragmatisme menolak metafisika karena spekulasi diverifikasi secara empirik . Penganut Pragmativisme akan menggunakan metode saintifik untuk memecahkan masalah tertentu yang kemudian mereka dapat membangun pengelamannya secara terus menerus.
d.              Eksistensialisme adalah aliran berfilsafat daripada filsafat sistematis (Seperti idealisme dan realisme). Mewakili perasaan putus asa dan harapan, itu panggilan untuk pemeriksaan pribadi hidup sendiri. Pendidikan eksistensialis mendorong dalam tindakan merefleksi diri pada salah satu identitas, komitmen, dan pilihan.
e.              Martin Heidegger (1899-1976) bahwa manusia membangun kebenaran subjektif mereka sendiri tentang realitas dan inuisi dan tindakan merekfleksi karena mereka berhubungan dengan fenomena. Postmodernisme memiliki implikasi untuk konstruktivisme, psikologi dan metode pendidikan. Postmodernis dan kontruktivis setuju bahwa kita melakukan dan membangun keyakinan tentang pengetahuan dari pengalaman untuk berinteraksi dengan lingkungan hidup.

3.2     SARAN
a.              Guru sebaiknya menjadi pribadi yang profesonal dalam  kegiatan proses belajar mengajar dengan mengamalkan landasan pendidikan.
b.             Filsafat pendidikan sebaiknya di jadikan landasan pendidikan bagi guru dan sebaiknya diimplementasikan pada kegiatan dikelas sehari-hari supaya tujuan pembelajaran tercapai dan aspek perkembangan siswa berkembang maksimal
c.              Banyak teori-teori landasan filosofi beserta filsuf terkemuka yang patut di jadikan model untuk merefleksi diri dalam pembelajaran.
d.             Landasan pendidikan dapat diaplikasikan pada kurikulum 2013 (KI1,KI2,KI3 dan KI4)
e.              Bagi mahasiswa sebaiknya perlu mempelajari landasan pendidikan sebagai kunci dan bekal untuk mencapai harapan menjadi guru/ dosen yang profesional.





























DAFTAR PUSTAKA


Ornstein, Allan  C. dkk, 2011 . Foundations of Education . Eleventh edition: Wadsworth  
      cengange learning






























DAFTAR ISI

   Halaman
Lembar Judul .............................………………………..…………………...............
i
Daftar Isi……………………………..……............................……………................
ii
BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang ……….………………………………………...........................
1
  1. Rumusan Masalah……….……………………………………….......................
1
  1. Tujuan Pembahasan……………………………………………….. ...................
2
BAB II PEMBAHASAN

  1. IDEALISME.......................……………….………………………................
4
  1. REALISME......................…………………………………………................
6
  1. PRAGMATISME........................................……………………..................
7
  1. EKSISTENSIALISME......………………………………………...................
10
  1. POSTMODERNISME.......................………………………………   ...............
11
BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan....................…..……..............................................................
14
  1. Saran.................................. ……..…………………………….....................
14
Daftar Pustaka.................................. ……..……………………………….....................
16





                                                                                  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar