PENERAPAN
PERBEDAAN INDIVIDU
KUIS
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Rancangan Pembelajaran
yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Ruminiati, M.Si
Oleh Kelompok 4 :
Ayu
Devia Miftahul Hasanah 162103801592/3
Dewi
Izzatu Afifah 162103801595/5
Dwi
Virgo Mulia Asmara 162103801644/6
![]() |
PENDIDIKAN
DASAR PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
OKTOBER 2016
PERBEDAAN
PESERTA DIDIK
Perserta didik memiliki perbedaan
individual sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik
memiliki emosi yang sangat bervariasi, dan sering memperlihatkan sejumlah
perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya perilaku tersebut relatif normal, dan
cukup bisa ditangani dengan iklim pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi,
karena guru di sekolah dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali
kesulitan untuk mengetahui mana perilaku yang normal dan wajar, serta mana
perilaku yang disiplin dan perlu mendapat penanganan khusus.
Setiap peserta didik memiliki perbedaan
yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan , minat, dan perhatianyang
berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan
lingkungan, membuat pesert didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas
intelegensi, dan kopetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan
individual peserta didik dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi ciri
kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah harusnya
guru memulai pemberi pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri
peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diserahkan kembali.
Seorang peseta didik yang aktif secara
fisik mungkin bisa didorong untuk mengekplorasi dirinya. Melalui kegiatan olah
raga. Jika seorang peserta didik memperlihatkan minatnya terhadap musik, maka
carilah berbagai cara untuk mendorongnya agar minatnya bisa berkembang secara
optimal, demikian halnya anak-anak yang memiliki kecerdasan diatas normal perlu
diberi perhatian secara khusus .
Sehubungan dengan uraian diatas ,
aspek-aspek peserta didik yang perlu dipahami guru antara lain : kemampuan,
potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, catatan
kesehatan, latar balakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah. Aspek-aspek
tersebut dapat dipelajari dari laporan dan catatan sekolah., informasi dari
peserta didik lain (teman dekatnya), observasi langsung dalam situasi kelas,
dan dalam bernbagai kegiatan lain di luar kelas, serta informasi dari peserta
didik itu sendiri, berdasarkan wawancara, percakapam dam autobiograpi.
1)
Membimbing Peserta Didik yang Lamban
Slow
learning atau lamban belajarmerupakan salah saru bentuk
kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajra akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari , dan emngalami
kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kopetensi, dan
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Slow
learning menunjuk pada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar akibat kelambanan dalam perkembangan, terutama perkembangan mental.
Kemampuan peserta didik yang lamban belajar lebih rendah dibanding perkembangan
rata-rata teman sebayanga. Kelemahan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat
kecerdasan atau IQ dibawag rata-rata umum atau dubawah normal.
Peserta
slow learning juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan
jasmaninya.

Peserta didik yang tergolong lambat
belajar akan menampakkan gejala-gejala yang menjadi ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Lamban.
Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah
pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan, serta
lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
b.
Kurang
mampu. Peserta didik kelompok lambat belajar kurang mampu
berkonsentrasi, berkomunikasi dengan orang lain. Mengemukakan pendapat, serta
kurang kreatif, dan mudah lupa mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan
mudah lupa (susah ingat mudah lupa)
c.
Tidak
berprestasi. Peserta didik kelompok lambat belajar prestasi akademisnya rendah dan
hasil kerjanya tidak memuaskan.
d.
Motoriknya
lamban. Peserta didik
kemlompok lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar berjalan, terlambat
dalam belajar bicara, serta gerakan-gerakan ototnya kendor, dan tidak lincah.
e.
Perilaku
negatif. Peserta diidk kelompok lambar belajar sering
memiliki perilaku yang kurang baik, kebiasaan jelek, dan tidak produktif

Untuk
memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta
didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang
melatarbelakanginya. Untuk kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Studi
dokumentasi, mempelajari buku catatan pribadi, dokumen perkembangan pribadi,
dan catatan kesehatan
b) Mengumpulkna
data baru sebagai pelengkap.
Dalam rangka memahami dan mengenal latar
belajang peserta didik, sebagai upaya melengkapi informasi yang sudah ada,
perlu ditempuh dengan cara lain disamping mempelajari data pribadi peserta
didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
1)
Home visit (kunjungan rumah) yakni
mengadakan kunjungan ke orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan
kondisi keluarga, dan lingkungannya.
2)
Tes Psikologi, untuk memahami kemampuan
psikisnya. Misalnya tes itelegensi, tes bakat dan tes minat.
3)
Wawancara dengan orang tua temannya.
Kegiatan wawancara ini bisa dilakukan bersamaan dengan kunjungan rumah, bisa
juga memangil atau mengundang orang tua kesekolah.
4)
Observasi terhadap kegiatan peserta didik
pada waktu bermain atau berkerja melakukan tugas kelompok untuk memahami
hubungan sosial dengan teman-temannya.
Dari berbagai usaha yang dilakukan diatas
akan diperole data yang dapat menggambarkan latar belajang peserta didik. Perlu
didasari bahwa tidak semua data diperoleh relevan dengan masalah, sehingga
perlu dilakukan seleksi data. Seleksidara ini diperlukan untuk memilah dan
memilih data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan dipecahkan, dengan
data yang kurang atau tidak menunjang atau ttidak berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.

Guru dituntut untuk kesabarannya dalam
menghadapi peserta didik yang lambat belajar,
karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya selalu lambat. Tanpa kesadaran
guru peserta didik akan menjadi mudah putus asa. Apalagi jika usaha-usaha
bantuan yang diberikan tidak segera menampakkan hasilnya. Lebih dari itu guru
yang tidak sabar dan kurang telaten akan segera meninggalkan tugas bimbingan dan
membiarkan peserta didiknya terlantar.
Bentuk bimbingan yang diberikan kepada slow learner bergantung pada kemungkinan
masalah atau latar belakang masalah masing-masing. Sesuai dengan ciri-ciri yang
dimiliki oleh peserta didik lambat belajar dan lataar belakang peseta didik,
maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasi sebagai berikut.
a. Pemberian
informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik cara belajar disekolah
maupun dirumah. Misalnya, cara belajar yang efektif membuat singkatan, dan cara
menggunakan atau mengisi waktu senggang.
b. Bantuan
penempatan (placement), yakni
menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai, seperti
kelompok belajar, kelompokdiskusi, dan kelompok kerja. Namtuan penempatam ini
dapat pula berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan sosial
yang dialami peserta didik.
c. Mengadakan
pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan
kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara-cara pemecahannya,
terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat
belajar, dan cara-cara melayani atau memperlakukan peserta didik dirumah.
d. Memberikan
pembelajaran remidi (remidial teaching),
yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara khusus
bagi para peserta didik yang lamban untuk mengajarkan ketinggalan dari
kawan-kawannya.
e. Menyajikan
pembelajaran secara kongkrit dan aktual kepada peserta didik yang lamban, yakni
dengan menggunakan berbagai variasi media dan variasi metode pembelajaran,
untuk membantu mereka dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.
f.
Memberikan layanan konseling bagi peserta
didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan-hambatan
lain sesuai latar belakang masing-masing.
g. Membarikan
perhatian khusu kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha untuk
membangkitkan motivasi dan kreatifitas belajarnya, misalnya melalui hadiah dan
pujian.
2) Membimbing
Peserta Didik yang Cerdas di Atas Normal
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah
mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sedangkan pendidikan untuk anak-anak
yang terbatas dengan daya tampung yang masih kurang. Kondisi tersebut
mengakibatkan peserta didik yang cerdas terpaksa mengikuti sekolah-sekolah
biasa, yang diperutukkan bagi anak-anak normal. Masuknya anak-anak istimewa ini
di sekolah-sekolah biasa, tentu saja akan banyak membawa dampak negatif bagi
perkembangannya kemampuan peserta didik itu sendiri, bila kepadanya kurang
perhatian serta perlakuan yang wajar, da kurang adamya penyuluhan yang tepat. Untuk
menghindari hal tersebut, guru dan tenada kependidikan lain di sekolah perlu
dibekali pula dengan teknik bimbingan atau teknik membimbing peserta didik
secara tepat waktu dan tepat sasaran. Dikatakan demikian, karema seringkali
tindakan-tindakan guru buka memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik,
tetapi menghambat bahkan mematahkan perkembangan peserta didik misalnya
memberikan jawaban yang tidak memuaskan, tidak tepat atautifak sesuai harapan
peserta dikdik; menggunakan hadiah dan hukuman secara berlebihan atau tidak
pada tempatnya. Sehubungan dengan itu, sedikitnya guru harus memahami ciri-ciri
anak luar biasa diatas normal dan cara memberikan bimbingan yang tepat.

Peserta didik yang memiliki kecerdasan
diatas normal sebenarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; pertama, kelompok pandai sekali dengan
IQ 130 ke atas; dan kedua kelompok
pandai dengan IQ 130 ke atas. Dua kelompok ini merupakan peserta didik luar
biasa diatas normal, yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
c) Belajar
berjalan dan bicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang
banyak
d) Pertumbuhna
jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah) dan energik
e) Haus
akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
f) Mampu
secara tepat menarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan anatara fakta
yang satu dengan fakta yang lain, cakrawala berpikirnya luas dan logis,kritis
dan suka berdebat.
g) Memiliki
rasa ingin tahu (natural curiousity)
yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar-bongkar mainan dan membangunnya
kembali
h) Cepat
dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik
sekali dalam seluruh bidang studi.
i) Cepat
mengerjakan tugas dengan hasil baik
j) Cepat
dan tepat dalam bertindak
k) Kurang
sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton
l) Cenderung
tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung)
m) Daya
imajinasinya tinggi, dan mampu berpikir abstrak
n) Cepat
dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik cepat belajar
adalah:
a. Perlu
diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memperoleh
perkembangan yang optimal sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan
b. Bimbingan
yang diberikan harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik
yang cepat belajar
c. Setiap
sekolaj harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan
nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh
aspek pribadinya.
d. Dalam
memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek
intelektualnya saja, tetapi perlu dikembangkan aspek-aspek yang lain seperti
sikap, nilai, mental, moral, emosional, sosial, spiritual, dan tanggung jawab.
e. Perlu
dikuangi kegagalan dan pemborodan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan
seluruh bakat dan kecenderungan serta kreativitas peserta didik
Masalah-masalah yang dihadapi peserta
didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai
berikut:
a. Kurang
atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepalas
sekolah, konselor), mereka tidak mengerti bagaimana memerlakukan peseta didik
yang cerdas
b. Kurang
adanya perhatian dari pihak pendidik. Perhatian pendidik umumnya ditujukan kepada
peserta didik yang normal, paling-paling ditujukan kepada peserta didik yang
lambat belajar.
c. Anggapan
yang keliru dari pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa
memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang
lain
d. Kurang
anggapan guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas, bahkan sering
dianggap menggangu pembelajaran, atau mencemoohkan guru. Misalnya mengajukan
pertanyaan yang diluar kemampuan guru untuk menjawabnya.

Perserta didik yang tergolong cerdas di
atas normal tidak berbeda dengan teman lain.dalam arti sebenernya mereka juga
memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut
merupakan sebagian dari kebutuhan pokok(basic needs). Namun demikian, dalam kenyataannya
aoa yang dilakukan olehpendidik baik orang tua maupun guru kurang sekali
perhatian kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmengertian guru dan
orang tua mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidaknyamanan guru dan orang tua
tentang cara memperlakukan anak serta adanya anggapn yang keliru seperti
disebut di atas.

Peserta
didik yang cerdas juga sering mempunyai kesulitan, sehingga mereka perlu mendapat layanan
bimbingan maupun layanan pendidikan secara tepat, agar dapat berguna bagi kepentingan dirinya
sendiri maupun bagi kepentingan orang banyak.
Sehubungan itu, penting bagi
setiap sekolah untuk memberikan layanan yang tepat sesuai dengan kondisi
peserta didik dan kebutuhannya.
Pemberian layanan yang dilakukan secara tepat diharapkan dapat membawa
dampak positif bagi perkembangan setiap peserta didik dalam mengembangkan diri
dan memperoleh kepuasan dalam hidupnya
Sehubungan
dengan uraian di atas, dapat diidentifikasikan beberapa bentuk layanan yang
dapat diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar sebagai berikut.
a.
Usaha
pencepatan (akselerasi). Anak cerdas diberi kesempatan untuk menyelesaikan
suatu program pendidikan dalam jangka waktu yang lebih singkat berbeda dengan
yang seharusnya dilakukan. Misalnya untuk menyelesaikan program pendidikan
SMA, jangka waktu yang biasa adalah 3
tahun, sedang bagi peserta didik yang cepat belajar bisa ditempuh hanya 2 tahun
saja tidak perlu menunggu atau mengikuti prosedur umum.
b.
Menyediakan
sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualitas tinggi,
sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemampuannya. Dalam sekolah khusus ini perlu disediakan sarana
yang memadai untuk menyalurkan bakat-bakatnya. Misalnya berupa penyediaan
laboratorium beserta serta pengarahan dan binaan yang tepat dari guru yang
berpengalaman. Akhir-akhir ini telah banyak didirikan sekolah- sekolah khusus
sejenis ini yang diselenggarakan oleh lembaga-
lembaga swasta
c.
Jika
terpaksa anak harus mengikuti sekolah yang terintegrasi dengan anak-anak
normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengeta huannya. Memberikan
tugas-tugas yang harus dikerjakan dengan bimbingan yang tepat serta melaporkan
hasil pekerjaannya kepada guru. Misalnya tugas membaca, mengikuti perlombaan,
melakukan percobaan-percobaan atau penelitian, baik untuk menguji hipotesa
maupun untuk menemukan penemuan-penemuan baru.
d.
Menyalurkan
kemampuan peserta didik dalam kegiatan kegiatan-ilmiah, mengikuti sertakan dalam lomba karya ilmiah
yang diselenggarakan oleh instansi-instansi tertentu, seperti lomba mengarang dan kegiatan-kegiatan
lain yang sejenis. Melalui kegiatan ini,
maka kelebihan energi yang dimiliki oleh peserta didik yang cerdas di
atas normal dapat disalurkan dan akan lebih bermanfaat.
e.
Melibatkan
dan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas organisasi dan sosial.
Misalnya organisasi intra sekolah (OSIS), Palang Merah Remaja
(PMR), Pramuka, Kelompok
diskusi dan Kelompok Kesenian.
f.
Untuk
mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan
tugas atau pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara proporsional. Dalam hal ini, tugas yang diberikan untuk anak cerdas
haruslah tugas yang menantang dan memerlukan problem solving, sedang tugas-tugas yang biasa dan kurang
menantang diberikan kepada anak yang normal.
Dengan cara demikian, peserta
didik yang cerdas di atas normal akan merasa bahwa sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan kawan yang lain. Hal ini
penting sekali bagi perkembangan sikap dan pribadi peserta didik.
g.
Jika
diperlukan, maka pada saat-saat tertentu guru hendaknya memberikan
reinforcement pada peserta didik yang cerdas. Misalnya saat menemukan
penemuan-penemuan baru, dan prestasi yang luar biasa. Dengan demikian, mereka memperoleh kepuasan, serta dapat meningkatkat semangat atau
motivasi untuk lebih berprestasi lagi.
Di
samping beberapa hal yang dikemukakan di atas,
untuk dapat memberikan layanan kepada peserta didik yang cerdas secara
tepat, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai lembaga yang
terlibat langsung dalam pergaulan peserta didik.
3) Individualisasi
Pembelajaran
Untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, hendaknya pembelajaran
tidak terbatas pada pembelajaran klasikal,
apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu diupayakan pembelajaran yang
dapat melayani perbedaan peserta didik secara individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk
melakukan individualisasi pembelajaran.
Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran
yang dapat melayani perbedaan peserta didik,
dan sesuai dengan kemampuan,
tempo belajar, minat dan nafsu
belajar masing-masing. Berbagai upaya
yang dapat dilakukan dalam rangka individualisasi pembelajaran antara lain
mencakup pembelajaran dengan modul (modular instruction), pembelajaran berprograma (programe
instruction), dan pembelajaran melalui
elektronik (E-Learning). Program-program
individualisasi pembelajaran tersebut telah dibahas dalam buku Implementasi
Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK
(2004).
DAFTAR
RUJUKAN
Mulyasa,
E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar