Cari Blog Ini

Selasa, 15 November 2016

RANCANGAN PEMBELAJARAN SD


KUIS
“RANCANGAN PEMBELAJARAN”

 








Program Studi Dikdas Kelas G Angkatan 2016

DOSEN : Bu Prof. Dr. Ruminiati , M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
2016

KUIS
Soal
Bagaimana cara pembelajaran individual apabila siswa beranekaragam atau berbeda tingkat kemampuannya , misalnya ada siswa yang pandai, sedang dan kurang ?
Jawaban:
Cara pembelajaran kepada siswa yang  beranekaragam kemampuannya ( siswa yang pandai, sedang dan kurang) yaitu dengan melalui teknik layanan individual, Maksudnya layanan secara individual di sini guru yang sedang mengajar memberikan pelayanan kepada setiap siswa di dalam kelasnya dengan beragam cara dan metode sehingga semua siswa menjadi lebih efektif dalam belajar. Berikut tips-tips  teknik layanan individual :
Ø  Bergerak secara kontinyu
Sebagai seorang guru yang profesional, semua anak harus terlayani dengan baik. guru dapat berkeliling dan bergerak secara kontinyu hingga semua anak dapat didekati dan difasilitasi untuk belajar. Ingat, setiap anak adalah individu yang mempunyai karakteristik dan kemampuan serta pengetahuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, semua anak membutuhkan pelayanan yang berbeda-beda. Berkelilinglah di sekitar tempat duduk siswa untuk melihat-lihat bantuan apa yang dapat diberikan kepada setiap siswa untuk memfasilitasi mereka belajar. Hal yang perlu diperhatikan saat memfasilitasi siswa, perhatikanlah tetap seanteoro kelas anda untuk tetap menjaga dan memanajemen semua siswa. Jangan sampai, karena anda terlalu terfokus memberikan layanan bantuan kepada salah satu siswa, mengakibatkan terabaikannya siswa-siswa yang lain. Jika ini terjadi, maka apa yang anda lakukan sebagai guru justru kontraproduktif bagi pembelajaran siswa. Beberapa siswa yang merasa diabaikan karena guru terlalu sibuk membantu salah satu siswa dapat membuat keributan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
Ø  Hargai hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa umumnya bentuknya bermacam-macam. Beberapa di antaranya berbentuk karya-karya yang begitu unik dan menarik. Ini dapat diberikan penghragaan khusus. Caranya sangat gampang. Pajang hasil karya atau hasil belajar siswa yang bagus, unik, atau menarik itu di dinding kelas mereka. Walaupun caranya ini terkesan sangat gampang dan begitu sederhana, efeknya sangat luar biasa. Coba saja anda ingat sewaktu sekolah dulu, bagaimana rasanya jika hasil belajar atau karya anda dipajang oleh guru anda di dinding kelas? Pastinya senang, bukan? Jadi begitu juga dengan siswa kita wahai bapak dan ibu guru. Memajang hasil belajar atau karya mereka adalah sebuah bentuk penghargaan yang amat efektif untuk dilakukan dalam tujuan meningkatkan belajar siswa yang bersangkutan.
Ø  Pengaturan tempat duduk
Jangan dikira pengaturan tempat duduk itu tidak penting. Beberapa guru mungkin beranggapan demikian sehingga mereka membiarkan siswa duduk secara bebas di kursi manapun yang mereka inginkan. Ini tentu tidak salah dan bahkan punya sisi positif juga. Akan tetapi, ketika guru ingin memberikan layanan khusus kepada setiap siswa di kelasnya, akan sangat mudah jika tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan guru dalam melakukannya. Jika kita mengamati hambatan atau gangguan belajar yang dialami setiap anak, tentunya berbeda-beda. Ada anak yang sangat cerdas sehingga untuk mempelajari suatu materi pelajaran sangat cepat bahkan tanpa perlu bantuan guru, akan tetapi seringkali karena mereka lebih dahulu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan saat pembelajaran berlangsung, mereka menjadi punya banyak waktu lebih yang bisa “dimanfaatkannya” untuk aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Bahkan, tidak jarang, justru aktivitas itu dapat berdampak negatif bagi kelas, misalnya mengajak siswa lain mengobrol hal-hal di luar pembelajaran. Siswa semacam ini mungkin dapat ditempatkan dekat dengan siswa lain yang mau belajar dari temannya (peer tutoring) sehingga didapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu guru terbantu mengajari salah satu siswa dan siswa yang cerdas itu tidak mengganggu kelas. Atau, sangat mungkin di kelas kita ada anak yang sulit sekali berkonsentrasi, sehingga mudah sekali teralih perhatiannya pada hal-hal lain, maka mungkin tempat duduknya diletakkan di dekat meja guru. Demikian seterusnya, sehingga posisi setiap siswa dipertimbangkan sehingga membantu guru dalam memberikan pelayanan untuk memfasilitasi mereka belajar.
Ø  Kenali kelompok-kelompok siswa
Di dalam sebuah kelas berukuran besar, siswa biasanya membentuk kelompok-kelompok secara alami. Pada kelompok ini, mereka akan merasa cocok dan diterima oleh masing-masing anggotanya. Hal ini dapat dimanfaatkan guru untuk membantu mengelola kelas saat pembelajaran berlangsung. Pembentukan kelompok dapat didasarkan atas kecocokan ini, bukan berdasarkan kemampuan belajar, atau hal lainnya.  Setiap kelompok siswa yang terbentuk secara alami ini, seringkali memiliki anggota dengan persamaan-persamaan tertentu, misalnya dalam hal minat bahkan kemampuan belajar. Anak-anak dengan minat tertentu atau tingkat kemampuan belajar tertentu dapat difasilitasi belajar secara bersama. Ini memudahkan guru dalam memfasilitasi belajar mereka secara individual karena kelompok berbasis kebutuhan layanan belajar yang sama.
Ø  Hindari penggunaan penilaian beracuan norma
Di Indonesia sendiri, secara resmi penilaian harus menggunakan acuan patokan atau standar nilai. Jadi sebenarnya, tips ini tidaklah begitu penting jika guru memang “aware” dengan ini. Apa keuntungan penilaian beracuan patokan? Penilaian beracuan patokan adalah penilaian siswa yang didasarkan atas suatu batas nilai. Jadi siswa tidak dibandingkan dengan siswa lain, melainkan nilainya dibandingkan dengan standar. Standar ini dalam bahasa praktisnya adalah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Sayangnya, beberapa sekolah dan guru di Indonesia masih suka membuat penilaian beracuan norma tanpa ia sadari bahwa itu dapat membuat siswa yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata menjadi merasa tidak nyaman. Guru-guru ini seringkali membuat ranking berdasarkan nilai siswa walaupun pada kurikulum yang berlaku hal ini tidak diinginkan untuk dilakukan guru. Mungkin, praktik penggunaan penilaian beracuan norma pada kurikulum-kurikulum terdahulu begitu membekas pada guru. Ia akhirnya tetap membuat perankingan siswa di kelasnya.
Ø  Gunakan pembelajaran berbasis proyek
Mengapa? Model pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan interest mereka masing-masing. Ini adalah salah satu bentuk kesempatan belajar yang diberikan oleh guru dalam rangka memberikan pelayanan individual bagi setiap siswa yang ada di kelasnya. Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat menggali potensinya masing-masing. Disarankan, proyek yang dilakukan bukanlah proyek yang sifatnya seragam. Proyek yang dilakukan siswa harus bersifat fleksibel dan memungkinkan siswa berkreasi secara bebas dalam batasan-batasan tertentu. Misalnya, saat proyek membuat kolase dari daun kering, siswa dapat diberikan sebuah contoh kolase daun kering sederhana, lalu mereka dapat diminta membuat kolase daun kering dengan teknik-teknik yang mereka sukai, dengan bentuk-bentuk atau kreasi yang menjadi minat mereka masing-masing.
BERIKUT CARA MEMBIMBING PESERTA DIDIK YANG LAMBAN, PESERTA DIDIK YANG CERDAS DI ATAS NORMAL DAN  BAGAIMANA INDIVIDUALISASI PEMBELAJARAN?
A.     Membimbing Peserta Didik yang Lamban
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Slow learning atau lamban belajarmerupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal. Peserta didik slow learning juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
1.      Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupanberpikir seseorang. Intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi. Dalam melakukan tes ini seseorang disuruh melakukan suatu perbuatan (performance test) atau menjawab sejumlah pertanyaan (verbal test). Hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik disebut Mental Age (MA) atau umur mental, sedangkan umurnya disebut Cronologocal Age (CA).
Ciri-ciri Peserta Didik Lambat Belajar sebagai berikut:
1.      Lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan, serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
2.      Kurang mampu. Peserta didik kelompok lambat belajar kurang mampu berkonsentrasi, berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa (susah ingat mudah lupa).
3.      Tidak berprestasi. Peserta didik kelompok lambat belajar akademisnyarendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
4.      Motoriknya lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar berjalan, terlambat dalam belajar berbicara, serta gerakan-gerakan ototnya kendor, dan tidak lincah.
5.      Prilaku negatif. Peserta didik kelompok lambat belajar sering memiliki perilaku  yang kurang baik, kebiasaan jelek, dan tidak produktif
2.      Memahami Latar Belakang Peserta Didik Lambat Belajar
Untuk  memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami  berbagai hal yang melatarbelakanginya. Untuk kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a.      Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui:
Ø     Buku catatan pribadi
Ø     Dokumen perkembangan pribadi
Ø     Catatan kesehatan
b.     Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam memahami dan mengenal latar belakang peserta didik adalah:
1. Home visit (kunjungan rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya.
2. Tes psikologi, untuk memahami kemampuan psikisnya.
3. Wawancara dengan orang tua atau temannya.
4. Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompokuntuk memahami hubungan social dengan teman-temannya
3.  Usaha-usaha Bimbingan
Guru dan pembimbing dituntut kesabarannya dalam menghadapi peserta didik yang lambat belajar, karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya selalu lambat. Tanpa kesabaran guru, peserta didik akan menjadi mudah putus asa, apalagi jika usaha-usaha bantuan yang diberikan tidak segera menampakkan hasilnya.
Sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik lambat belajar dan latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.      Pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif baik cara belajar disekolah maupun dirumah.
b.      Bantuan penempatan (placement), yakni menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai.
c.       Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan peserta didik serta mencari cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara melayani atau memperlakukan peserta didik dirumah.
d.      Memberikan pembelajaran remidi (remedial teaching), yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara khusus bagi para peserta didik yang lambanuntuk mengajarkan ketinggalan dari kawannya.
e.      Menyajikan pembelajaran secara konkrit dan actual kepada peserta didik yang lamban, yakni dengan menggunakan berbagai variasi media dan variasi metode pembelajaran, untuk membantu mereka dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.
f.       Memberikan layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan-hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
g.     Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan kreatifitas belajarnya.

B.      Membimbing Peserta Didik yang Cerdas di atas Normal
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah normal atau sub normal saja yaitu:
Ø  SLB bagian A (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna netra).
Ø  SLB bagian B (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna rungu dan tuna wicara).
Ø  SLB bagian C (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak lemah ingatan).
Ø  SLB bagian D (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak cacat tubuh, invalid, lumpuh dan sejenisnya).
Ø  SLB bagian E (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak nakal)
Sehubungan dengan hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah perlu dibekali pula dengan teknik bimbingan atau teknik membimbing peserta didik secara tepat waktu dan tepat sasaran. Guru harus memahami cirri-ciri anak luar biasa di atas normal, dan cara memberikan bimbingan yang tepat.
Ø    Ciri-ciri Anak Luar Biasa di Atas Normal
Peserta didik luar biasa di atas normal memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.      Belajar berjalan dan berbicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang banyak.
b.      Pertumbuhan jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan energik.
c.       Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d.     Mampu secara tepatmenarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, cakrawala berpikirnya luas dan logis, kritis dan suka berdebat.
e.   Memiliki rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar-bongkar mainan dan membangunnya kembali.
f.      Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
g.      Cepat mengerjakan tugas dengan hasil baik.
h.      Cepat dan tepat dalam bertindak.
i.       Kurang sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton.
j.       Cenderung tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung).
k.      Daya imaginasinya tinggi, dan mampu berpikir abstrak.
l.       Cepat dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.

2.      Prinsip Dasar Membimbing Peserta Didik yang Cerdas
Hal yang perlu diperhatikan dan dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik cepat belajar adalah:
a.      Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi pesera didik agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan.
b.      Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan cirri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c.     Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
d.    Dalam memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektual saja, tetapi perlu dikembangkan aspek-aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional, social, spiritual, dan tanggung jawab.
e.  Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta kreativitas peserta didik.
Masalah-masalah yang dihadapi peserta didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
a.    Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor).
b.    Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik.
c.    Anggapan yang keliru dari pihak pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang lain.
d.    Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atau mencemoohkan guru.
3.      Reaksi Negatif
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs). Jika peserta didik cerdas yang secara wajar juga membutuhkan perhatian, tetapi tidak diperhatikan oleh pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
a.      Melarikan diri, pendiam, dan bersifat introvert; reaksi negative ini disebut withdraw.
b.      Mencari perhatian (making attention).
c.       Berpura-pura bodoh.
4.      Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat Belajar
Peserta didik yang cerdas juga sering mempunyai kesulitan, sehingga mereka perlu mendapat layanan bimbinganmaupun layanan pendidikan secara tepat, agar dapat berguna bagi kepentingan dirinya sendiri maupun bagi kepentingan orang banyak. Beberapa bentuk layanan yang dapat diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar sebagai berikut:
a.      Usaha pencepatan (akselerasi). Anak cerdas diberi kesempatan untuk menyelesaikan suatu programpendidikan dalam jangka waktu yang lebih singkat berbeda dengan yang seharusnya dilakukan.
b.    Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualiatas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.       Jika terpaksa anak harus mengikuti sekolah yang terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d.  Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, mengikutsertakan dalam lomba karya ilmiah yang diselenggarakan oleh instansi-instansi tertentu.
e.    Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan kegiatan atau aktivitas-aktivitas organisasi dan social.
f.     Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas atau pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara proporsional.
g.    jika diperlukan, maka pada saat-saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas.
C.      Individualisasi Pembelajaran
           Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran klasikal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu diupayakan pada pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik secara individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik, dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing. Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam rangka individualisasi pembelajaran antara lain mencakup pembelajaran dengan modul (modular instruction), pembelajaran berprogram (programe instruction), dan pembelajaran melalui elektronik (E-Learning).










Daftar Pustaka

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar