KUIS
“RANCANGAN
PEMBELAJARAN”
Program Studi Dikdas
Kelas G Angkatan 2016
DOSEN : Bu Prof. Dr.
Ruminiati , M.Si
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DASAR
2016
KUIS
Soal
Bagaimana cara
pembelajaran individual apabila siswa beranekaragam atau berbeda tingkat
kemampuannya , misalnya ada siswa yang pandai, sedang dan kurang ?
Jawaban:
Cara pembelajaran kepada
siswa yang beranekaragam kemampuannya (
siswa yang pandai, sedang dan kurang) yaitu dengan melalui teknik layanan
individual, Maksudnya layanan secara individual di sini guru yang sedang
mengajar memberikan pelayanan kepada setiap siswa di dalam kelasnya dengan
beragam cara dan metode sehingga semua siswa menjadi lebih efektif dalam
belajar. Berikut tips-tips teknik
layanan individual :
Ø Bergerak
secara kontinyu
Sebagai seorang guru yang profesional,
semua anak harus terlayani dengan baik. guru dapat berkeliling dan bergerak
secara kontinyu hingga semua anak dapat didekati dan difasilitasi untuk
belajar. Ingat, setiap anak adalah individu yang mempunyai karakteristik dan
kemampuan serta pengetahuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, semua anak
membutuhkan pelayanan yang berbeda-beda. Berkelilinglah di sekitar tempat duduk
siswa untuk melihat-lihat bantuan apa yang dapat diberikan kepada setiap siswa
untuk memfasilitasi mereka belajar. Hal yang perlu diperhatikan saat
memfasilitasi siswa, perhatikanlah tetap seanteoro kelas anda untuk tetap
menjaga dan memanajemen semua siswa. Jangan sampai, karena anda terlalu
terfokus memberikan layanan bantuan kepada salah satu siswa, mengakibatkan
terabaikannya siswa-siswa yang lain. Jika ini terjadi, maka apa yang anda
lakukan sebagai guru justru kontraproduktif bagi pembelajaran siswa. Beberapa
siswa yang merasa diabaikan karena guru terlalu sibuk membantu salah satu siswa
dapat membuat keributan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
Ø Hargai
hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa umumnya bentuknya
bermacam-macam. Beberapa di antaranya berbentuk karya-karya yang begitu unik
dan menarik. Ini dapat diberikan penghragaan khusus. Caranya sangat gampang.
Pajang hasil karya atau hasil belajar siswa yang bagus, unik, atau menarik itu
di dinding kelas mereka. Walaupun caranya ini terkesan sangat gampang dan
begitu sederhana, efeknya sangat luar biasa. Coba saja anda ingat sewaktu
sekolah dulu, bagaimana rasanya jika hasil belajar atau karya anda dipajang oleh
guru anda di dinding kelas? Pastinya senang, bukan? Jadi begitu juga dengan
siswa kita wahai bapak dan ibu guru. Memajang hasil belajar atau karya mereka
adalah sebuah bentuk penghargaan yang amat efektif untuk dilakukan dalam tujuan
meningkatkan belajar siswa yang bersangkutan.
Ø Pengaturan
tempat duduk
Jangan dikira pengaturan tempat duduk itu
tidak penting. Beberapa guru mungkin beranggapan demikian sehingga mereka
membiarkan siswa duduk secara bebas di kursi manapun yang mereka inginkan. Ini
tentu tidak salah dan bahkan punya sisi positif juga. Akan tetapi, ketika guru
ingin memberikan layanan khusus kepada setiap siswa di kelasnya, akan sangat
mudah jika tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan guru
dalam melakukannya. Jika kita mengamati hambatan atau gangguan belajar yang
dialami setiap anak, tentunya berbeda-beda. Ada anak yang sangat cerdas
sehingga untuk mempelajari suatu materi pelajaran sangat cepat bahkan tanpa
perlu bantuan guru, akan tetapi seringkali karena mereka lebih dahulu
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan saat pembelajaran berlangsung, mereka
menjadi punya banyak waktu lebih yang bisa “dimanfaatkannya” untuk aktivitas
lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Bahkan, tidak jarang, justru
aktivitas itu dapat berdampak negatif bagi kelas, misalnya mengajak siswa lain
mengobrol hal-hal di luar pembelajaran. Siswa semacam ini mungkin dapat
ditempatkan dekat dengan siswa lain yang mau belajar dari temannya (peer
tutoring) sehingga didapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu guru terbantu
mengajari salah satu siswa dan siswa yang cerdas itu tidak mengganggu kelas.
Atau, sangat mungkin di kelas kita ada anak yang sulit sekali berkonsentrasi,
sehingga mudah sekali teralih perhatiannya pada hal-hal lain, maka mungkin tempat
duduknya diletakkan di dekat meja guru. Demikian seterusnya, sehingga posisi
setiap siswa dipertimbangkan sehingga membantu guru dalam memberikan pelayanan
untuk memfasilitasi mereka belajar.
Ø Kenali
kelompok-kelompok siswa
Di dalam sebuah kelas berukuran besar,
siswa biasanya membentuk kelompok-kelompok secara alami. Pada kelompok ini,
mereka akan merasa cocok dan diterima oleh masing-masing anggotanya. Hal ini
dapat dimanfaatkan guru untuk membantu mengelola kelas saat pembelajaran
berlangsung. Pembentukan kelompok dapat didasarkan atas kecocokan ini, bukan
berdasarkan kemampuan belajar, atau hal lainnya. Setiap kelompok siswa yang terbentuk secara
alami ini, seringkali memiliki anggota dengan persamaan-persamaan tertentu,
misalnya dalam hal minat bahkan kemampuan belajar. Anak-anak dengan minat
tertentu atau tingkat kemampuan belajar tertentu dapat difasilitasi belajar
secara bersama. Ini memudahkan guru dalam memfasilitasi belajar mereka secara
individual karena kelompok berbasis kebutuhan layanan belajar yang sama.
Ø Hindari
penggunaan penilaian beracuan norma
Di Indonesia sendiri, secara resmi
penilaian harus menggunakan acuan patokan atau standar nilai. Jadi sebenarnya,
tips ini tidaklah begitu penting jika guru memang “aware” dengan ini. Apa keuntungan
penilaian beracuan patokan? Penilaian beracuan patokan adalah penilaian siswa
yang didasarkan atas suatu batas nilai. Jadi siswa tidak dibandingkan dengan
siswa lain, melainkan nilainya dibandingkan dengan standar. Standar ini dalam
bahasa praktisnya adalah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Sayangnya, beberapa
sekolah dan guru di Indonesia masih suka membuat penilaian beracuan norma tanpa
ia sadari bahwa itu dapat membuat siswa yang mempunyai kemampuan di bawah
rata-rata menjadi merasa tidak nyaman. Guru-guru ini seringkali membuat ranking
berdasarkan nilai siswa walaupun pada kurikulum yang berlaku hal ini tidak
diinginkan untuk dilakukan guru. Mungkin, praktik penggunaan penilaian beracuan
norma pada kurikulum-kurikulum terdahulu begitu membekas pada guru. Ia akhirnya
tetap membuat perankingan siswa di kelasnya.
Ø Gunakan
pembelajaran berbasis proyek
Mengapa? Model pembelajaran berbasis
proyek memungkinkan siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan interest mereka
masing-masing. Ini adalah salah satu bentuk kesempatan belajar yang diberikan
oleh guru dalam rangka memberikan pelayanan individual bagi setiap siswa yang
ada di kelasnya. Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat menggali
potensinya masing-masing. Disarankan, proyek yang dilakukan bukanlah proyek
yang sifatnya seragam. Proyek yang dilakukan siswa harus bersifat fleksibel dan
memungkinkan siswa berkreasi secara bebas dalam batasan-batasan tertentu.
Misalnya, saat proyek membuat kolase dari daun kering, siswa dapat diberikan
sebuah contoh kolase daun kering sederhana, lalu mereka dapat diminta membuat
kolase daun kering dengan teknik-teknik yang mereka sukai, dengan bentuk-bentuk
atau kreasi yang menjadi minat mereka masing-masing.
BERIKUT CARA MEMBIMBING PESERTA DIDIK YANG
LAMBAN, PESERTA DIDIK YANG CERDAS DI ATAS NORMAL DAN BAGAIMANA INDIVIDUALISASI PEMBELAJARAN?
A. Membimbing Peserta Didik yang Lamban
Keberhasilan pembelajaran adalah
keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan,
serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Slow
learning atau lamban belajarmerupakan salah satu bentuk kesulitan belajar.
Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam
memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan
oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal.
Peserta didik slow learning juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan
jasmaninya.
1.
Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan
mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan
analisa, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta
merupakan kesanggupanberpikir seseorang. Intelegensi dapat diukur dengan
alat-alat tes intelegensi. Dalam melakukan tes ini seseorang disuruh melakukan
suatu perbuatan (performance test) atau menjawab sejumlah pertanyaan (verbal
test). Hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik disebut Mental Age (MA) atau
umur mental, sedangkan umurnya disebut Cronologocal Age (CA).
Ciri-ciri Peserta Didik Lambat Belajar
sebagai berikut:
1.
Lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan
mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan,
serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
2.
Kurang mampu. Peserta didik kelompok lambat belajar kurang mampu berkonsentrasi,
berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif,
dan mudah lupa (susah ingat mudah lupa).
3.
Tidak berprestasi. Peserta didik kelompok lambat belajar
akademisnyarendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
4.
Motoriknya lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar pada umumnya
lamban dalam belajar berjalan, terlambat dalam belajar berbicara, serta
gerakan-gerakan ototnya kendor, dan tidak lincah.
5.
Prilaku negatif. Peserta didik kelompok lambat belajar sering memiliki
perilaku yang kurang baik, kebiasaan
jelek, dan tidak produktif
2.
Memahami Latar Belakang Peserta Didik Lambat Belajar
Untuk
memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada
peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang melatarbelakanginya. Untuk
kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui:
Ø Buku
catatan pribadi
Ø Dokumen perkembangan pribadi
Ø Catatan kesehatan
b.
Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam
memahami dan mengenal latar belakang peserta didik adalah:
1.
Home visit (kunjungan rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua
peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya.
2. Tes psikologi, untuk memahami kemampuan
psikisnya.
3. Wawancara dengan orang tua atau
temannya.
4.
Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja
melakukan tugas kelompokuntuk memahami hubungan social dengan teman-temannya
3. Usaha-usaha Bimbingan
Guru dan pembimbing dituntut kesabarannya
dalam menghadapi peserta didik yang lambat belajar, karena ciri-ciri, sifat dan
perilakunya selalu lambat. Tanpa kesabaran guru, peserta didik akan menjadi
mudah putus asa, apalagi jika usaha-usaha bantuan yang diberikan tidak segera
menampakkan hasilnya.
Sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki
oleh peserta didik lambat belajar dan latar belakang peserta didik, maka
bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Pemberian informasi tentang cara-cara
belajar yang efektif baik cara belajar disekolah maupun dirumah.
b. Bantuan penempatan (placement), yakni
menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai.
c. Mengadakan pertemuan dengan orang tua
untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan peserta didik serta mencari
cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar
peserta didik giat belajar, dan cara melayani atau memperlakukan peserta didik
dirumah.
d. Memberikan pembelajaran remidi (remedial
teaching), yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara
khusus bagi para peserta didik yang lambanuntuk mengajarkan ketinggalan dari
kawannya.
e. Menyajikan pembelajaran secara konkrit
dan actual kepada peserta didik yang lamban, yakni dengan menggunakan berbagai
variasi media dan variasi metode pembelajaran, untuk membantu mereka dalam
memahami konsep-konsep pembelajaran.
f. Memberikan layanan konseling bagi
peserta didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan emosional, serta
hambatan-hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
g. Memberikan perhatian khusus kepada peserta
didik yang lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan kreatifitas
belajarnya.
B. Membimbing Peserta Didik yang Cerdas di
atas Normal
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah
mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah
menyentuh anak-anak luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah
khusus. Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan
pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di
bawah normal atau sub normal saja yaitu:
Ø
SLB bagian A (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna netra).
Ø
SLB bagian B (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna rungu dan tuna
wicara).
Ø
SLB bagian C (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak lemah ingatan).
Ø
SLB bagian D (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak cacat tubuh, invalid,
lumpuh dan sejenisnya).
Ø
SLB bagian E (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak nakal)
Sehubungan dengan hal tersebut, guru dan
tenaga kependidikan lain di sekolah perlu dibekali pula dengan teknik bimbingan
atau teknik membimbing peserta didik secara tepat waktu dan tepat sasaran. Guru
harus memahami cirri-ciri anak luar biasa di atas normal, dan cara memberikan
bimbingan yang tepat.
Ø
Ciri-ciri Anak Luar Biasa
di Atas Normal
Peserta didik luar biasa di atas normal memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a.
Belajar berjalan dan berbicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata
dalam jumlah yang banyak.
b.
Pertumbuhan jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit
(lincah), dan energik.
c.
Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d.
Mampu secara tepatmenarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan
antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, cakrawala berpikirnya luas dan
logis, kritis dan suka berdebat.
e.
Memiliki rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi, sehingga
nampak suka membongkar-bongkar mainan dan membangunnya kembali.
f.
Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran,
prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
g.
Cepat mengerjakan tugas dengan
hasil baik.
h.
Cepat dan tepat dalam bertindak.
i.
Kurang sabar mengikuti hal-hal
yang rutin dan monoton.
j.
Cenderung tidak memiliki
gangguan nervus (mudah bingung).
k. Daya imaginasinya tinggi, dan mampu
berpikir abstrak.
l. Cepat dalam bekerja, dan melakukan tugas
sehingga banyak memiliki waktu luang.
2. Prinsip Dasar Membimbing Peserta Didik
yang Cerdas
Hal yang perlu
diperhatikan dan dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik
cepat belajar adalah:
a. Perlu diupayakan untuk mengembangkan
seluruh potensi pesera didik agar memperoleh perkembangan yang optimal,
sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan.
b. Bimbingan yang diberikan harus sesuai
dengan cirri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c. Setiap sekolah harus diatur sedemikian
rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta
didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
d. Dalam memberikan bimbingan jangan
semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektual saja, tetapi perlu
dikembangkan aspek-aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional,
social, spiritual, dan tanggung jawab.
e. Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan
sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta
kreativitas peserta didik.
Masalah-masalah yang dihadapi peserta
didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai
berikut:
a. Kurang atau tidak adanya pengertian dari
pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor).
b.
Kurang adanya perhatian dari
pihak pendidik.
c. Anggapan yang keliru dari pihak pendidik
bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan
mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang lain.
d. Kurang tanggap guru terhadap perilaku
peserta didik yang cerdas bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atau
mencemoohkan guru.
3.
Reaksi Negatif
Peserta didik yang tergolong cerdas di
atas normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga
memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut
merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs). Jika peserta didik
cerdas yang secara wajar juga membutuhkan perhatian, tetapi tidak diperhatikan
oleh pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
a.
Melarikan diri, pendiam, dan bersifat introvert; reaksi negative ini
disebut withdraw.
b.
Mencari perhatian (making attention).
c.
Berpura-pura bodoh.
4.
Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat Belajar
Peserta didik yang cerdas juga sering
mempunyai kesulitan, sehingga mereka perlu mendapat layanan bimbinganmaupun
layanan pendidikan secara tepat, agar dapat berguna bagi kepentingan dirinya
sendiri maupun bagi kepentingan orang banyak. Beberapa bentuk layanan yang
dapat diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar sebagai berikut:
a. Usaha pencepatan (akselerasi). Anak
cerdas diberi kesempatan untuk menyelesaikan suatu programpendidikan dalam
jangka waktu yang lebih singkat berbeda dengan yang seharusnya dilakukan.
b. Menyediakan sekolah khusus yang menampung
anak-anak cerdas atau berkualiatas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c. Jika terpaksa anak harus mengikuti
sekolah yang terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi
kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d. Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah, mengikutsertakan dalam lomba karya ilmiah yang
diselenggarakan oleh instansi-instansi tertentu.
e. Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengikuti kegiatan kegiatan atau aktivitas-aktivitas
organisasi dan social.
f. Untuk mengurangi rasa superior (harga diri
berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas atau pertanyaan-pertanyaan
dilakukan secara proporsional.
g. jika diperlukan, maka pada saat-saat
tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang
cerdas.
C. Individualisasi Pembelajaran
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan
menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran klasikal,
apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu diupayakan pada
pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik secara individual.
Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk melakukan
individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai
bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik, dan sesuai
dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam rangka individualisasi pembelajaran
antara lain mencakup pembelajaran dengan modul (modular instruction),
pembelajaran berprogram (programe instruction), dan pembelajaran melalui
elektronik (E-Learning).
Daftar Pustaka
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru
Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar